Kamis, 26 Juni 2008

Strategi peningkatan penjualan di pameran


Paling tidak di Jakarta ada tiga perhelatan pameran besar yang biasanya dikuti dan menjadi hajatan bersama para penerbit, yaitu Islamic Book Fair, Pesta Buku Jakarta dan Indonesia Book Fair. Lima tahun terakhir, jumlah pameran meningkat drastis, terutama di daerah, bahkan di Yogya dalam satu tahun mungkin bisa sampai 15 kali pameran buku, ini berarti setiap bulan ada pameran buku.

Tujuan utama pameran sesungguhnya adalah memperkuat positioning perusahaan di pasar dan di industri yang sejenis (Brand activation), makanya pameran menjadi tonggak evaluasi produk-produk yang ingin diluncurkan kepasar, sekaligus menakar respon pasar terhadap produk yang telah diluncurkan.

Namun tidak bisa dipungkiri, salah satu dari tujuan antara pameran buku adalah meningkatkan penjualan pada saat pameran, hal ini disebabkan belum berkembang pesatnya transaksi copy right dalam industri perbukuan Indonesia, diringi dengan biaya stand yang semakin tinggi dan biaya operasional yang juga semakin tinggi mengakibatkan para pekerja buku berharap banyak pada penjualan saat pameran.

Ada tiga Faktor yang berpengaruh terhadap penjualan di stand pameran:

1. Traffic / jumlah pengunjung

Jumlah pengunjung sangat mempengaruhi penjualan di pameran, semakin banyak jumlah pengunjung semakin tinggi kemungkinan terjadinya peningkatan penjualan di pameran. Dalam konteks ini, maka posisi stand yang strategis yaitu posisi stand yang paling dekat dengan arus utama lalu lintas pengunjung menjadi sangat strategis dalam meningkatkan penjualan di stand pameran. Logika inilah yang membuat para penerbit berlomba-lomba mendapatkan lokasi terbaik pada setiap pemeran yang akan diikuti.

2. Average Check. yaitu total pembelian per transaksi.

Faktor kedua yang berpengaruh terhadap peningkatan penjualan pameran adalah total pembelian per transaksi. Idealnya setiap penerbit melakukan evaluasi setiap kali pameran selesai dilaksanakan. Carilah angka rata-rata setiap pembelian pada setiap konsumen per kali transaksi di stand anda. Cara yang paling mudah dilakukan adalah dengan cara mengetahui jumlah total transaksi per hari, dan jumlah pembeli yang melakukan transaksi pada hari tersebut, tinggal dibagi, antara total penjualan dibagi jumlah orang yang bertransaksi. Maka didapatlah average check.
Setelah angka ini diketahui, maka setiap penerbit membuat perencanaan untuk meningkatkan jumlah transaksi per tiap transaksi yang dilakukan. Salah satu contoh yang bisa dilakukan penerbit adalah dengan cara menawarkan paket buku dengan tema tertentu kepada konsumen. Atau juga bisa dalam bentuk mendongrak rata-rata penjualan per transaksi dengan memberikan stimulus bonus jika transaksinya per orang konsumen mencapai angka tertentu. Misalnya : jika konsumen membeli netto sebesar Rp. 250.000,- maka mendapatkan bonus 1 buah mug cantik dari penerbit, dan banyak lagi program lain yang bisa anda lakukan.

3. % Closing Ratio adalah rasio antara jumlah pengunjung yang melakukan transaksi dengan jumlah total traffic pengunjung yang datang ke stand.

Dengan demikian pengunjung yang banyak saja belum tentu langsung berdampak pada peningkatan penjualan, jika jumlah pengunjung yang melakukan transaksi tidak meningkat. Maka para penerbit diharapkan membuat program-program yang langsung mengstimulan pengunjung untuk bertransaksi selama pameran/pada saat itu juga. Misalnya dengan membuat program jika anda melakukan transaksi selama pameran, maka anda mendapatkan discount ...%, bonus ..., dan seterusya. Dan tidak akan ditemui para konsumen setelah pameran.

Inilah beberapa faktor penting yang seharusnya mendapat perhatian serius, para penerbit buku jika menginginkan terjadinya peningkatan penjualan selama pameran. Namun strategi ini akan bisa berjalan dengan efektif, jika dari awal penerbit juga menjaga kualitas produk, baik kualitas isi, packaging dan kualitas pelayanan kepada konsumen.

Semoga bermamfaat.

Jaharuddin
Praktisi marketing buku Islam

Rabu, 25 Juni 2008

Masa Depan Dunia Perbukuan

Akhmad Fiksi AF.

SELAMA INI berjalan sebuah teori yang cukup menyesatkan namun diam-diam di wacanakan terus menerus oleh pemerintah, bahwa kebutuhan utama masyarakat kita adalah jaminan akan rasa aman dan bisa makan minimal 3 kali dalam sehari. Berdasarkan teori ini, pemerintah menganggap penting mendahulukan kebijakan tentang bagaimana meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara agar masyarakat sejahtera, dan karena itu keamanan menjadi isu penting yang selalu dihembuskan oleh setiap pemerintahan.

Teori ini memang tidak bisa dikatakan keliru. Namun dampak dari cara berpikir seperti ini menciptakan suatu pola di dalam sistem pemerintahan kita di mana aspek kognitif dalam membangun bangsa ini menjadi semakin terabaikan. Di dalam dunia perbukuan, misalnya, pemerintah sama sekali tidak mau tahu soal bagaimana masalah perbukuan ini dikembangkan. Dunia buku dianggap bukan merupakan isu penting yang perlu ditangani pemerintah secara serius. Ada dua hal penting yang berkaitan dengan problematika di dunia penerbitan buku.

Pertama, masalah bahan baku pokok buku, seperti kertas.

Kertas, oleh sebagian kecil penerbit barangkali bukan masalah. Dengan kekuatan modal yang ada mereka mampu membeli kertas seberapa pun banyaknya untuk disimpan sebagai persediaan bahan baku. Hukum ini tidak berlaku bagi penerbit kecil yang modalnya pas-pasan. Bagi penerbit kecil, pembelian kertas biasanya dilakukan secara eceran ke suplier. Artinya, kertas yang tersedia hanya cukup untuk mencetak tidak lebih dari 1-2 buku saja. Padahal, dalam situasi tertentu harga kertas begitu cepat naik tanpa sepengetahuan mereka. Dalam masa Pemilu, misalnya, sudah hampir satu tahun terakhir kenaikan harga kertas sedemikian cepat. Bahkan, tidak jarang terjadi kelangkaan kertas yang biasa digunakan para penerbit buku.Akibat dari ini semua, dana yang harus dikeluarkan pun membengkak. Harga cetak buku minggu ini bukan patok-an untuk minggu depan. Dampak lebih jauh dari masalah ini, penerbit tidak bisa menentukan harga yang cukup terjang-kau pembeli. Itulah mengapa kemudian muncul kesan harga buku begitu mahal. Bagaimana mungkin masyarakat mampu membeli buku kalau harga buku di luar jangkauan kantong mereka. Jangankan beli buku, makan aja susahKebijakan pemerintah dalam hal ini tampaknya tidak pernah mengantisipasi bagaimana membuat aturan soal tata niaga kertas secara adil. Bahkan, kalau perlu membuat regulasi yang sedikit berpihak kepada penerbit. Dalam hal ini, ada semacam subsidi yang harus diberikan kepada penerbit berkaitan dengan ketersediaan bahan baku. Mungkin untuk perusahaan-perusahaan besar dan mapan, regulasi ini tidak berlaku. Tetapi, bagi penerbit dengan modal ngepas, kebijakan seperti ini sangat diperlukan. Toh, pada akhirnya semua elemen akan diuntungkan apabila hal ini berjalan. Kemudahan mencari kertas dengan harga yang relatif murah pada akhirnya akan berdampak pada harga pokok produksi yang dapat ditekan. Kemampuan menekan harga produksi akan menghasilkan harga pokok penjualan yang relatif lebih murah dan terjangkau dari sebelumnya.

Kedua, masalah yang berkaitan dengan mata rantai distribusi buku.

Tidak sedikit penerbit yang kesulitan memasok langsung buku ke setiap ritel. Hal ini, antara lain, disebabkan oleh hal-hal yang bersifat administratif seperti perijinan usaha dan lain sebagainya. Faktor lain dari kesulitan ini adalah ketentuan rabat yang harus dibebankan begitu besar kepada penerbit dengan alasan yang bermacam-macam. Mulai dari soal citra, status hukum, kredibilitas penerbit dan sebagainya. Berkaitan dengan mata rantai distri-busi buku ini tidak kurang menjadi pem-bicaraan hangat dan memicu perdebatan yang cukup panjang di kalangan penerbit, terutama di Yogyakarta. Harap dicatat pula, para penerbit di Yogyakarta adalah penerbit yang kebanyakan memiliki modal nge-pas. Karena minimnya modal itu pula salah satu kepentingan penerbit adalah, bagaimana buku yang diterbitkan segera memperoleh dana cepat untuk penerbitan berikutnya. Sebagai jalan keluar dari masalah ini biasanya kebanyakan penerbit mempercayakan distribusi buku kepada distributor.

Tidaklah salah atas hal ini. Sebab, sebagian distributor mampu membayar dalam tenggang waktu tertentu dan oleh karena itu penerbit pun merasa masih punya masa depan. Namun, pilihan ke-pada distributor ini juga memiliki kon-sekuensi yang cukup besar, misalnya, soal rabat. Biasanya penerbit dalam hal ini cenderung menerima saja daripada buku-nya tidak terdisplay di pasar secara merata.Dalam pengalaman sebagian penerbit di Yogyakarta, kerja sama dengan distributor bukanlah pilihan yang utama. Masa-masa bulan madu penerbit dan distributor hanya seumur jagung. Setelah itu, pola hubungan di antara keduanya seperti sebuah permainan petak umpet.

Di kalangan penerbit sejauh mereka mampu memasok buku ke ritel sendiri hal itu akan dilakukan dengan senang hati. Hanya saja masalahnya, seperti saya kemukakan di muka problematika dunia buku kita ternyata masalahnya bukan hanya di tingkat distribusi. Namun, ada hal-hal lain yang berkaitan dengan regu-lasi pemerintah yang cenderung meng-hambat proses sebuah penerbitan yang hendak tumbuh dan berkembang. Juga, ketiadaan regulasi yang mampu men-jembatani keseluruhan aspek dari para pelaku pasar buku, seperti penerbit, pengarang, distributor, dan ritel.

Situasi seperti ini kemudian memunculkan kecenderungan di mana penerbit yang memiliki modal kuat dan karenanya mampu memainkan peran dari hulu ke hilir menjadi sumbu utama bagaimana roda pasar buku itu digerakkan. Sedang-kan penerbit kecil oleh karena pengalam-an, sedikit modal dan ketidaksadaran manajemen semakin terpuruk tak mampu bersaing di belantara dunia buku. Di antara kesenjangan ini, semestinya ada mediator yang mampu memberikan keseimbangan bagaimana keseluruhan pelaku pasar buku ini bisa berjalan seiring dengan memperhatikan kode etik bersama.

Hingga saat ini, kontribusi peme-rintah boleh dibilang masih minim dalam menopang laju pertumbuhan dunia per-bukuan.Seberapa penting tanggungjawab pemerintah dalam mengatur regulasi tata niaga buku, sama pentingnya dengan tanggungjawab mereka dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam pandangan ini, salah satu program yang penting dijalankan pemerintah ke depan, antara lain, adalah menyiapkan secara serius regulasi yang berkaitan dengan tata niaga buku.Sejauh ini, berdasarkan pengalaman masalah tata niaga buku masih menjadi problematika utama dalam hal distribusi buku ke ritel.

Nasib penerbit cenderung terjepit di antara keinginan untuk men-display bukunya secara merata dengan aturan-aturan yang cenderung menekan terutama oleh ritel-ritel besar yang menjadi tumpuan pasar buku. Sebagai contoh, tidak sedikit ritel yang meminta rabat sebesar lebih dari 50%, bahkan 60% kepada penerbit. Dapat dibayangkan di sini, berapa “keuntungan” bruto penerbit dengan rabat sebesar itu. Di sisi lain, penerbit harus menghitung biaya produksi sebesar 20% dari harga bruto buku. Biaya promosi sebesar kurang lebih 10%, distribusi dan overhead, masing-masing 10%.Jika kita realistis, mencoba mengkalkulasi dari 100% harga bruto buku dapat dilihat seberapa besar keuntungan bruto penerbit. 20% produksi, 10% distribusi, 10% promosi, rabat 40%, dan royalti 10%. Dari kalkulasi ini, keuntungan bruto penerbit maksimal sebesar 10%. Padahal untuk mencapai angka 10% pun harus menunggu sekian bulan buku habis terjual.

Dengan produktivitas penerbitan yang tidak memadai maka kenyataan ini semakin mendorong penerbit untuk gulung tikar bareng-bareng.Dalam pandangan ini, solusi utama yang paling mungkin adalah perlunya mewacanakan hal ini, terutama regulasi berkaitan dengan tata niaga buku, khu-susnya bagaimana pemerintah turut serta mengatur dan membuat regulasi berkaitan proporsi rabat yang lebih rasional dari sebelumnya.Kebijakan akan hal ini tentu saja penting dibicarakan. Pemerintah sebagai institusi yang punya hak mengatur keseluruhan pola interaksi pasar semestinya memperhatikan hal ini secara serius. Buku, seberapa pun jumlah yang diterbitkan, adalah juga upaya pencerdasan kehidupan bangsa. Pencerdasan kehidupan bangsa merupakan salah satu amanat penting dalam konstitusi kita sendiri.Membiarkan kecenderungan tata niaga buku secara rimba pada saatnya akan melemahkan posisi penerbit dalam memberikan bacaan-bacaan alternatif kepada masyarakat. Jika ini terjadi, pemerintah bertanggung jawab secara politis untuk memberikan solusi yang memadai. Ke depan, selayaknya pemerintahan jauh lebih proporsional dalam mencarikan jalan keluar atas masalah ini.
* Akhmad Fikri AF
dikutip dari www.pestabukujakarta.com

5 Efek Paling Berpengaruh Bagi Pasar Buku Indonesia


Oleh * Bambang Trim

Pasar buku Indonesia terus menggeliat. Transaksi buku di Indonesia diperkirkan antara 7-10 T per tahun (belum termasuk transaksi proyek pemerintah, baik pusat maupun daerah). Kecenderungan tampak akan terus bertumbuh karena makin banyak orang berinvestasi dalam bidang penerbitan buku yang berangkat dari idealisme serta orientasi bisnis. Di sisi lain, tingkat minat baca masyarakat Indonesia pun beranjak naik seiring dengan pergantian generasi orang tua—dari generasi baby boomers ke generasi X dan generasi Y yang dianggap memiliki latar belakang pendidikan lebih baik.Istilah best seller di Indonesia pun makin bermakna manakala sudah ada buku di Indonesia yang bisa menembus angka penjualan 50.000 eksemplar dalam setahun, bahkan ratusan ribu eksemplar. Pembaca buku Indonesia disodori dengan variasi tema buku yang beragam dan penggarapan yang juga sangat baik, tidak kalah dengan buku-buku terbitan luar negeri.Di samping itu, muncul fenomena pemberi efek terbesar dalam pasar buku Indonesia yang menarik untuk dicermati. Saya hanya menyusun lima pengaruh terbesar meskipun pandangan ini tidak lepas dari subjektivitas dan pengamatan terbatas saya di dunia perbukuan. Berikut lima efek tersebut.

1. Efek MLM
Multilevel Marketing (MLM) baru mulai bertumbuh di Indonesia pada pertengahan 90-an. Beberapa MLM yang cukup punya nama dan eksis hingga kini adalah Amway, High Desert, Tianse, CNI, dan juga KK Internasional. MLM ini berkembang mirip dengan partai politik dan mereka memiliki leader-leader kharismatik sekaligus kader-kader militan. Sekali sang leader bilang bahwa sebuah produk bagus dan bisa memotivasi maka produk itu pun akan diburu oleh para down line (istilah dalam dunia MLM untuk menyebut para penggiat MLM di tingkat bawah) atau network marketer. Maraknya training motivasi dan pengembangan diri tidak terlepas dari kehadiran MLM di Indonesia yang tepat masuk menjelang krisis moneter. Alhasil buku-buku, seperti Rich Dad Poor Dad, Cashflow Quadrant, Skill with People, Berpikir dan Berjiwa Besar, Financial Revolution langsung mencetak hit sebagai bacaan wajib para network marketer. Sampai kini pun MLM masih menjadi penyumbang angka penjualan buku yang signifikan bagi penerbit ketika buku yang diterbitkan betul-betul pas dengan ‘alam’ mereka. Fenomena terakhir adalah buku The Secret, Quantum Ikhlas, dan Law of Attraction yang terus mencetak hit karena sangat populer di kalangan MLM untuk memotivasi diri dan mengoptimalkan potensi.Saya belum memiliki data valid, namun intuisi saya mengatakan bahwa MLM punya pengaruh besar terhadap pasar buku di Indonesia. Anggota mereka bisa terdiri dari ratusan ribu orang. Setiap tahun ada even bulanan yang mengundang ratusan hingga ribuan orang. Saya pernah menyaksikan seorang MLM leader yang mengusung buku di tangannya mampu menyihir 80% dari peserta even untuk segera membeli buku tersebut.

3. Efek TB Gramedia

Efek Toko Buku Gramedia memang tidak bisa dikesampingkan sebagai penyumbang hit utama dalam pasar buku Indonesia. Tahun 2007, menurut sebuah sumber, Gramedia mampu membukukan omzet sekitar Rp7 T (sekitar 40-45% market share nasional). Kita ketahui kini Gramedia telah membuka lebih dari 80 toko seluruh Indonesia dan berambisi menjadi 100 toko pada tahun ini. Gramedia juga punya toko buku kebanggaan yaitu Gramedia Matraman yang merupakan toko buku terbesar di Asia Tenggara.Efek TB Gramedia sangat ampuh jika buku diletakkan di floor display ataupun display khusus dengan kriteria: buku baru, buku best seller, buku pilihan. Pintu masuk Gramedia menjadi penting untuk mengikat perhatian pengunjung terhadap buku yang diusung. Acara-acara bedah buku di Gramedia juga bisa menjadi magnet manakala diselenggarakan tepat waktu dan tepat sasaran.Jika sebuah penerbit fokus saja untuk membina hubungan baik dengan Gramedia, paling tidak sudah bisa mendapatkan kue pasar buku Indonesia yang sangat signifikan. Saya kira grup Agro Media salah satunya melejit karena efek TB Gramedia. Beberapa penerbit lain juga terbantu mencetak hit karena ter-display di TB Gramedia.

3. Efek Kick Andy

Efek Kick Andy baru terjadi pada 2007 saat program talkshow populer yang dipandu Andy Noya ini disiarkan Metro TV melejit ratingnya. Andy mengundang tokoh-tokoh yang tidak biasa dan sangat menarik untuk disimak. Alhasil, tokoh-tokoh itu menyentuh juga para pesohor di dunia buku sehingga buku-buku pun bisa terangkat. Andy Noya mungkin mirip dengan Oprah Winfrey meskipun efeknya belum sedahsyat Oprah. Namun, saya percaya pada tahun-tahun ke depan Kick Andy bisa bergandengan dengan banyak penerbit untuk melambungkan sosok tertentu dan buku tertentu. Efek Kick Andy patut diperhitungkan dalam pasar buku Indonesia karena sudah terbukti mampu melejitkan Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Beberapa penerbit juga sudah menganggap penting untuk tampil dalam Kick Andy dengan mengusung buku tertentu.

4. Efek Media Cetak

Media cetak juga memberikan efek bagus dalam penjualan buku meskipun tidak sekuat efek yang saya sebutkan tiga pertama. Di antara beberapa media cetak yang sangat berpengaruh adalah Kompas, Koran Tempo, Republika, Media Indonesia, Majalah Tempo, dan GATRA. Resensi ataupun ulasan buku di media cetak semacam ini patut diperhitungkan oleh para penerbit.. Memang belum ada media cetak memiliki efek seperti New York Times ataupun Publisher Weekly di Amerika dan Eropa yang ranking best seller-nya diperhitungkan banyak orang. Akan tetapi, tampilnya sebuah buku diulas di media cetak nasional, tetaplah menjadi gengsi sekaligus bantuan tersendiri bagi sukses sebuah buku.Dalam tahun-tahun belakangan ini, rubrik yang mengulas buku bisa tampil satu halaman penuh. Bahkan, Koran Tempo menurunkan suplemen Ruang Baca setiap bulan sekali dalam format delapan halaman. Kompas juga menurunkan liputan khusus Pustakaloka setiap bulan. Selain itu, rubrik resensi juga bisa muncul dua kali dalam seminggu seperti halnya di Media Indonesia maupun Sindo. Hal ini menyiratkan peran buku semakin diperhitungkan sebagai informasi sekaligus gaya hidup masyarakat modern kini.

5. Efek Pameran Buku IKAPI DKI

Dua pameran buku tersukses yang digelar IKAPI-DKI: Pesta Buku Jakarta dan Islamic Book Fair memberikan efek luar biasa bagi promosi dan penjualan buku. Besarnya efek ini membuat Penerbit Gramedia memborong 32 stan dan Agro Media 15 stan pada even tahun 2008. Ratusan penerbit tidak mendapatkan jatah stan dan masuk daftar tunggu. Efek pameran ini sungguh luar biasa menarik pengunjung bahkan mengalahkan perhelatan bergengsi sejenis seperti Indonesian Book Fair yang digelar oleh IKAPI Pusat di JHCC. Transaksi dari perhelatan IKAPI DKI ini mencapai puluhan miliar rupiah dalam setiap pelaksanaannya dan dikunjungi ratusan ribu orang.Di luar 5 Pemberi Efek pada pasar buku Indonesia, tentu banyak hal lagi yang berpengaruh, seperti media elektronik (radio dan TV) yang menyediakan ruang talkshow atau bincang buku, pameran-pameran buku di daerah, penulis-penulis populer, selebritas, ulama/pemuka agama, maupun politikus. Namun, saya tidak mengulas semuanya dengan pertimbangan mengusung hanya pemberi efek untuk jangka panjang dan akan terus berkembang. Di samping itu, tentu ada pemikiran lain yang dapat menyumbang informasi tentang efek-efek paling berpengaruh pada pasar buku di Indonesia. Salam buku!
*) Penulis adalah praktisi perbukuan nasional.

Siaran Pers Panitia Pesta Buku Jakarta

Dibuka oleh Gubernur DKI, Dipamerkan Jutaan Buku, dan Dimeriahkan Berbagai Acara Akan Mewarnai Pesta Buku Jakarta 2008 Ikapi Jaya, Jakarta 26 Juni 2008 - Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Jaya akan menyelenggarakan sejumlah kegiatan berkaitan dengan Pesta Buku Jakarta 2008 yang berlangsung dari tanggal 28 Juni sampai dengan 6 Juli 2008 dengan tema "Jakarta Banjir”. Kegiatan-kegiatan itu berupa pelatihan Speed Reading, Bedah Buku, berbagai seminar tentang perbukuan, aneka talkshow, Aneka lomba untuk siswa sekolah, dan berbagai acara lainnya. Pesta Buku Jakarta ini diselenggarakan di Istora Gelora Bung Karno Senayan Jakarta selama 9 hari. Sebagai bagian dari memperingati Ulang Tahun Jakarta yang ke-481, Pesta Buku Jakarta akan dibuka oleh Gubernur Provinsi DKI Jakarta Bapak Dr. Ing. H. Fauzi Bowo pada tanggal 28 Juni 2008 jam 10.00 bertempat di Ruang Anggrek Istora Gelora Bung Karno Senayan Jakarta. “Selain membuka acara tersebut, Bapak Gubernur juga berkenan memamerkan koleksi buku pribadinya di stand khusus yang disediakan panitia. Di Stand itu, akan juga dipamerkan buku koleksi pribadi Beliau yang telah berusia 130 tahun, yang dibelinya sewaktu menjadi mahasiswa di Jerman,“ begitu kata Muharizal, Ketua Pesta Buku Jakarta 2008. Muharizal juga menekankan bahwa Pesta Buku Jakarta 2008 adalah pameran buku terlengkap dan terbesar di Indonesia. Dengan didukung oleh seluruh penerbit terbaik, pameran buku ini menyediakan 186 stand dan memamerkan jutaan buku. Buku-buku yang tersedia meliputi berbagai jenis dan ditunjukkan untuk berbagai kalangan, mulai anak-anal, remaja, dan dewasa. Selain tersedia buku-buku best seller, tersedia juga buku-buku diskon sampai 70% . Bahkan, untuk kalangan guru dan siswa sekolah diberikan diskon tambahan 10% untuk buku-buku tertentu di stant-stand tertentu bertanda khusus. Info lebih lanjut tentang Pesta Buku Jakarta bisa diakses di www.pestabukujakarta.com.Pesta Buku Jakarta adalah agenda tahunan kalangan perbukuan. Dalam pameran tersebut masyarakat umum bisa memperoleh buku-buku yang menjadi pilihannya. Untuk memudahkan pengunjung panitia telah menyediakan pembayan dengan kartu kredit dan kartu debit. “Pameran buku selalu menjadi ajang yang ditunggu kalangan perbukuan, karena tiga alasan. Pertama, penerbit bisa memamerkan seluruh koleksi terbaiknya yang belum tentu bisa didisplay di toko buku. Kedua, pengarang atau penulis selalu menjadikan ajang ini sebagai berntuk pertanggungjawaban atas hasil karyanya, dan Ketiga, pembaca bisa mendapatkan buku-buku yang diminatinya, “ lanjut Pak Muharizal. Muharizal mengingatkan, "Kegiatan Pesta Buku Jakarta kegiatan hanyalah salah satu langkah dalam pengembangan minat baca masyarakat Indonesia." Agenda ini perlu terus dilakukan secara konsisten dan melibatan banyak pihak. "Rasanya," lanjut Muharizal, "kalau semua pihak -termasuk pemerintah- menyadari pentingnya buku dalam kehidupan sehari-hari, Indonesia akan bergerak menjadi bangsa yang besar. Sebab, sejarah membuktikan bangsa yang maju adalah bangsa yang punya minat baca yang tinggi, seperti Jepang dan Jerman."Informasi lebih lanjut:• Soleh Isre hp 0815-6863531• Neneng hp 0856-1061069
dikutip dari www.pestabukujakarta.com

Selasa, 24 Juni 2008

Peluang, Penerbitan Buku Islam berbahasa Inggrish

28,35% Penduduk dunia pada tahun 2006 beragama Islam, ini berarti 1.789.770.000 orang penduduk dunia beragama Islam, sedangkan jumlah populasi dunia pada tahun 2006 adalah 6.313.780.000 orang.

Sementara itu data populasi muslim di kota-kota besar eropa tahun 2007[1], adalah
Marseiles 25% = 200 rb jiwa dari 800 ribu jiwa
Amsterdam 24% = 180 rb dari 750 ribu jiwa
Stockholm 20% = 155 rb dari 771.038 jiwa
Brussels 17 – 20 % = 160 – 220 ribu
Moscow, 16 – 20% = 2 juta dari 10-12 juta jiwa
London, 17% = 1,3 juta dari 7,5 juta penduduk
Birmingham, 14,3%= 139.771 jiwa
Utrecht, 13,2% = 38.300 dari 289 ribu jiwa
Roterdam, 13% = 80 ribu dari 600 ribu jiwa
Copenhagen, 12,6%= 63 ribu dari 500 ribu penduduk
Paris, 7,38% = 155 ribu dari 2,1 juta jiwa
Hamburg, 6,4% = 110 ribu dari 1,73 juta jiwa
Berlin, 5,9% = 200 ribu dari 3,4 juta jiwa

Dari data di atas paling tidak terdapat 4.781.071 jiwa muslim di 13 kota eropa, ini merupakan pasar potensial bagi penerbit buku Islam, seharusnya sangat mudah untuk menjual 3.000 eksemplar buku jika dipasarkan di eropa.

Potensi pasar

Beberapa faktor pendukung peluang pasar buku agama Islam berbahasa Inggris adalah:
1. Pendidikan dinegara-negara maju seperti Eropa, Amerika dan Australia, termasuk Singapura dan Malaisya pendidikannya tinggi.
2. Jika buku diterbitkan dalam bahasa Inggrish maka paling tidak bisa dipasarkan mulai dari Singapura, Malaisya, Eropa, Amerika dan Australia, karena mayoritas negara-negara ini mempunyai kemampuan yang baik dalam penguasaan bahasa Inggrish
3. Akan membantu meningkatkan pemahaman masyarakat muslim di negara-negara tersebut terhadap agama Islam, yang bisa jadi baru mereka anut
4. Penyebaran buku Islam di negara-negara tersebut mampunyai posisi yang sangat strategis, karena tingkat keingin tahuan masyarakat non muslim terhadap Islam semakin tinggi
5. Kemampuan beli masyarakat muslim dinegara maju tinggi

Langkah realisasi
1. Pilihlah tema buku yang tepat untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Inggrish
Salah satu tema yang diduga mudah untuk menjualnya di negara maju tersebut adalah tema ibadah, dan buku-buku yang memberi nasehat tanpa perlu mengurui
2. Saat yang sama lakukan survey pasar dan saluran distribusi yang bisa digunakan dalam ”mengekspor” buku kenegara tujuan
3. Jadikan Singapura sebagai pintu masuk kenagara-negara lain, seperti layaknya perdagangan yang lain

Tantangan

Tantangan yang menghadang didepan mata dalam mendistribusikan buku Islam ke negara lain adalah:
Belum terbangunnya saluran distribusi
Bisa jadi ada beberapa negara penguasaan bahasa ingrishnya juga terbatas
namun tantangan ini lambat laun harus di hadapi oleh para penerbit buku Islam, dan seiring dengan waktu maka saluran distribusi juga akan terbentuk, sambil mengetahui Taste pasar di negara-negara tersebut. Silakan siapa penerbit yang mau mencoba.

Jaharuddin
[1] Sumber: majalah gontor juni 2008

Rabu, 18 Juni 2008

Lomba Antar Blogger Dalam Rangka Pesta Buku Jakarta 2008

Dalam rangka kegiatan pesta buku jakarta dan ulang Tahun jakarta, panitia PBJ akan mengadakan lomba antar Blogger akan di mulai tanggal 22 mei s/d 1 Juli 2008. Kegiatan ini merupakan salah satu apresiasisi para blogger terhadap dunia buku. Karena bidang IT terutama internet atau dunia maya memiliki peran penting dalam informasi-informasi mengenai buku dan lai-lain. untuk itu panitia mencoba mengadakan Lomba Blogger sebagai media apresiasi terhadap dunia buku. Harapan dari Lomba ini semakin banyak orang akan apresiasi terhadap Dunia IT terutama internet/ dunia maya dalam bentuk Ngeblog. Disamping itu juga mengenal dunia perbukuan.
A. KETENTUAN PESERTA1. Peserta dari SMA, Perguruan Tinggi dan masyarakat umum2. Lomba Antar Blogger yang akan di mulai tanggal 22 mei s/d 1 Juli 20083. Semua Blog Lama maupun Baru, dapat mengikuti Lomba BlogPestabukujakarta, Bila Blognya yang berisi Umum bisa Ikut dan di Dalam Blog di Buat Kategori atau Folder tentang Buku atau PestabukuB. CONTENT (ISI) LOMBA BLOGGERContent Lomba blogger :1.Nama Blog atas nama peserta lomba. ( Peserta bebas Menggunakan Blog) Bila Blog Umum di dalam Blog Bisa di beri Kategori atau Folder tentang Buku. atau pesta buku.2.Tema Besar “Pesta buku Jakarta 2008” dan menampilkan Banner Pestabuku di halaman depan Blog. Banner "PestabukuJakarta" bisa diambil di web site www.pestabukujakarta.com bagian bawah web site : PESTABUKUJAKARTA 2008 ( YANG BERGAMBAR PATUNG TANI DAN ONDEL-ONDEL dan ini bebabs Bagi Blog untuk memperbesar arau memperkecil Bannes sesuai kebutuhan ruang Blog)3.Isi/conten dalam blog.
Resensi atau komentar tentang buku minimal 3 buku kalau lebih banyak Lebih Bagus
Berilah komentar salah satu tema buku yang anda suka
Bagaimana apresiasi anda terhadap dunia buku
Setiap Blog harus diberi komentar minimal 10 orang dan lebih banyak lebih bagus
Komentar Blog tentang Pestabukujakarta, dan usul–saran dari peserta blog mengenai pameran ini sendiri.
Blog harus mempunyai Link ke 10 blogger teman
Semua Blog mencatumkan link www.pestabukujakarta.com dan menampilkan Schedule dan Lomba-Lomba acara dalam Pesta Buku Jakarta 2008 yang ada dalam web site www.pestabukujakarta.com4.Nama Blog dapat di Kirim ke email
pestabukujakarta@pestabukujakarta.com

Alamat e-mail ini dilindungi dari spambot, anda harus memampukan JavaScript untuk melihatnya
'ikapijaya@pestabukujakarta.com

Alamat e-mail ini dilindungi dari spambot, anda harus memampukan JavaScript untuk melihatnya
'
atau
info@pestabukujakarta.com
'
Alamat e-mail ini dilindungi dari spambot, anda harus memampukan JavaScript untuk melihatnya

di sertakan data identitas: 1. Nama; 2. Alamat: 3. Pekerjaan: 4. Nama web Blog5.Lomba Blog. ini dimulai tanggal 22. Mei s/ d 1 juli 2008 dan pengumuman Lomba ini pada tanggal 4 Juli 2008 di Arena Pameran Pesta Buku Jakarta atau di website:www.pestabukujakarta.com6.Penilaian Blogs oleh dewan Juri :
Bentuk atau penampilan web blog yang bagus.
Isi Conten Mengenai buku dan Menampilkan Banner Pestabuku jakarta 2008
Jumlah banyak yang mengunjungi blog dan komentar terhadap web blog
Hasil Juara Lomba Blog Akan diumumkan di Web Site www.pestabukujakarta.com
Hadiah akan diberikan pada Acara Pameran Pestabukujakarta, tanggal. 5 Juli 20087. Keputusan dewan Juri tidak dapat di ganggu gugat. Dewan Juri terdiri dari: 1. Raditya Dika 2. Yayan Sofyan D.HADIAH PEMENANGJuara 1.
Uang senilai 5 juta rupiah
Sertifikat dari Panitia PBJJuara 2
Uang Senilai 3 juta Rupiah
Sertifikat dari Panitia PBJJuara 3
Uang Senilai 2 juta Rupiah
Sertifikat dari Panitia PBJPANITIA PBJ 2008 info dapat di lihat di www.pestabukujakarta.com
/**/

Sabtu, 14 Juni 2008

Sharia Collection skills & strategy in publishing

ide ini muncul ketika ada teman yang diundang untuk mengikuti pelatihan collector berbasis syariah, setelah teman saya mengikutinya maka dia bercerita bahwa base teori dan pembahasan yang didapatkan adalah Perbankan. agak jauh berbeda dengan industri penerbitan dimana teman saya bekerja.
nah akhirnya saya terfikirkan, menarik juga kalau ada yang mau mengadakan sharia collection skliss & strategy in publishing, jadi fokusnya pada industri penerbitan, sepengetahuan saya jumlah penerbitan buku saja di Indonesia, lebih dari 600 perusahaan, apalagi kalau dihitung juga penerbitan majalah, koran, dll, tentunya banyak kan...
nah, topik yang bisa di angkat bisa berupa:
1. Prinsip-prinsip dan esensi penagihan berbasis syariah
2. Manajemen resiko pada penagihan syariah
3. Dasar-dasar strategi penagihan syariah
4. Aspek psikologis dan cara berkomunikasi efektif dalam aktivitas penagihan syariah
5. Teknik negosiasi untuk debitur individual
6. Teknik penagihan berbasis solusi
7. teknik penagihan dibitur komersial syariah
silakan siaapa yang mau melakukannya, semoga bermamfaat.
dari: idekami.blogspot.com

Benarkah pasar buku sedang lesu?

Beberapa waktu yang lalu ada salah seorang direktur penerbit, shilaturahim ke kantor saya, dari beberapa topik pembicaraan kita, ada satu pertanyaan yang bagi saya mengelitik, yaitu Benarkah pasar buku sedang lesu? , paling tidak ada beberapa faktor penyebab yang bisa menjelaskan, kelesuan pasar buku belakangan ini:

1. Tahun Ajaran Baru (TAB)
sudah menjadi siklus rutin pada setiap bulannya, saat TAB, porsi pembelian konsumen buku tehadap buku yang tidak terkait langsung dengan keperluan TAB, akan menurun, hal ini bisa dijelaskan bahwa, pada musim TAB sebagian besar konsumen buku juga disibukkan dengan persiapan anak-anak mereka.
2. Kenaikan harga BBM
Kenaikan BBM mempunyai dampak langsung terhadap daya beli masyarakat, karena dengan naiknya harga BBM, akan diikuti naiknya biaya-biaya keseluruhan, seperti transpotasi, kenaikan biaya-biaya ini juga akan mendorong naiknya harga-harga secara umum (inflasi), difihak lain pendapatan sebagian besar masyarakat tidak meningkat, akhirnya daya beli masyarakat akan turun.
nah dengan kondisi daya beli masyarakat menurun, maka masyarakat akan melakukan langkah rasionalisasi yaitu selektif dalam mengunakan anggarannya yang terbatas, akibatnya masyarakat akan memprioritaskan kebutuhan pokoknya. nah kita tahu bersama, buku merupakan kebutuhan skunder, atau mungkin bisa jadi tersier, artinya buku tidak menjadi prioritas dalam rincian belanja masyarakat kebanyakan. nah faktor ini lah yang mengakibatkan naiknya harga BBM berimbas semakin kecilnya porsi anggaran konsumen dalam membeli buku.
3. Naiknya harga kertas.
ketika kenaikan BBM masih menjadi isu saja, harga kertas sudah naik, apalagi ketika BBM benar-benar jadi dinaikkan, faktor terbesar dalam memproduksi buku adalah kertas, akibatnya biaya produksi penerbitan semakin meningkat, yang berdampak pada HPP juga ikut meningkat, penerbit berusaha bertahan dengan cara meningkatkan harga penjualan per halaman. akhirnya berdampak, harga buku juga dinaikkan.

paling tidak ketiga faktor ini berpengaruh terhadap kelesuan pasar buku akhir-akhir ini, beberapa pameran yang saya ikuti seperti di Jambi, Padang, Jombang, Purwokerto, yogya, semarang, dll hampir semua pameran dari sisi penjualannya turun.

akankah pesta buku jakarta yang akan digelar tanggal 28 juni - 5 juli nanti, akan mengalami nasib yang sama, saya yang merupakan bagian dari industri pebukuan, sangat berharap dugaan ini meleset. paling tidak ada salah seorang bagian pembelian di salah satu toko buku, berpendapat, saat ekonomi masyarakat dan kondisi politik pada tahun 1998 tidak menentu, penjualan buku malah mengalami peningkatan yang siqnifikan. akan kah itu akan terjadi kembali? semoga

Senin, 09 Juni 2008

Manajement Piutang dalam penerbitan

Salah satu faktor penting dalam, industri penerbitan buku adalah manajemen piutang, karena ini terkait dengan kelancaran para distributor/toko dalam membayar piutang.

Beberapa bentuk kerjasama penjualan

ada beberapa bentuk kerjasama penjualan diantara penerbit dan distributor/toko yang saya ketahui:
1. Sistim Kredit tempo tertentu
sistim kredit tempo adalah distributor/toko diperbolehkan mengambil buku terlebih dahulu, dengan sistim pembayarannya beberapa hari kemudian, biasanya bisa 7 hari, 30 hari, 60 hari, atau 90 hari, sesuai dengan kesepakatan antara penerbit dengan distributor/toko buku. jika sistim yang disepakati misalnya kredit dengan jangka waktu 30 hari, maka ini berarti pihak distributor/toko, mengambil buku tanggal 9 juni 2008, maka 30 hari kemudian, pengambilan buku tersebut jatuh tempo, dan akan ditagih oleh penerbit. begitu juga dengan jangka waktu yang lainnya.
2. Sistim Konsinyasi
sistim konsinyasi atau titip jual, pihak penerbit menitipkan bukunya di toko buku, setelah buku yang ditipkan tersebut terjual, maka pihak toko membayar buku tersebut ke pihak penerbit.
3. Sistim Cash
sistim cash adalah toko/konsumen memesan jumlah buku tertentu dan saat itu juga langsung dibayar.

untuk sistim cash tidak ada masalah dalam hal pembayarannya, namun sistim kredit dan konsinyasi memerlukan treatment tersendiri dalam penanganannya.

untuk sistim kredit, maka ada beberapa instrument yang bisa digunakan , yaitu:
1. dari awal ketika memulai perjanjian kerjasama penjualan, maka tetapkanlah plafon, maksimal piutang yang bisa diberikan oleh penerbit kepada distributor/toko.
angka plafon ini ditetapkan didasarkan pada analisa kemampuan antara modal dan pembayaran distributor/toko. dalam penanganan kredit maka plafon ini menjadi acuan, jika piutang sudah melewatui plafon, maka lakukan penghentian sementara pengiriman buku ke distributor/toko sampai kondisinya aman kembali. saat yang sama lakukan penagihan.
2. disepakati dari awal . jika pihak distributor/toko menunggak piutang, maka pengambilan selanjutnya akan dikurangi rabat dalam bentuk discount yang diberikan penerbit. misalnya jika selama ini distributor/toko mendapatkan rabat discount 35%, jika piutang tertunggak selanjutnya pesanan discountnya di kurangi 5% menjadi 30%.
3. didasarkan fatwa no. 17/2000, Dewan syariah Nasional, maka dibolehkan pihak pihak produsen mengenakan denda dalam jumlah nominal tertentu jika pihak distributor/toko menunggak.

ke tiga instrumen tersebut sebaiknya dicantumkan dalam perjanjian kerjasama penjualan dan disepakati bersama.
semoga bermamfaat
Jaharuddin

Minggu, 08 Juni 2008

Menerapkan Speedy Gonzales Strategy di penerbitan buku

Inti dari speedy Gonzales strategy adalah kecepatan pelayanan dari perusahaan akan menyebabkan apakah perusahaan tersebut mampu bertahan di tenggah persaingan atau tidak. Semakin cepat pelayanan suatu perusahaan maka semakin tinggi peluang perusahaan tersebut mampu bertahan di tengah persaingan.

Beberapa lini kritis yang perlu dievaluasi dalam dunia penerbitan adalah:

Kemudahan konsumen menghubungi penerbit.
1. Jika masih ada keluhan susah masuk telepon ke penerbit saudara, maka perlu diperbanyak saluran yang anda gunakan, ditambahkan melalui Layanan SMS, email, dll.
2. Kecepatan fronline mengangkat telepon
Standar yang lazim dipakai adalah, fronline telah mengangkat telepon yang berdering, sebelum dering yang ke empat.
3. Kecepatan dalam menangani pesanan, keluhan, dll dari konsumen
Perlu di buat kesepakatan bersama di internal perusahaan anda, semua orang yang ada adalah tim marketing, mulai dari direktur sampai office boy, inti dari marketing adalah siap melayani dengan standar yang baku, sehingga jika ada pesanan, keluhan, siapa saja mampu menanganinya dengan standar yang telah dibakukan. Dan konsumen merasa puas dengan pelayanan kita.
4. Kecepatan mengatakan status stock
Sangat menjengkelkan jika ada penerbit ketika bukunya di pesan, maka stocknya kosong, namun realitasnya susah menyiapkan semua buku yang ada di katalog ready semua, paling tidak yang bisa dilakukan adalah : cepat memberikan jawaban apakah stocknya ada atau tidak, jangan mempromosikan (mencantumkan buku yang kosong di katalog) karena ini membuat konsumen kecewa.
5. Kecepatan dalam mempersiapkan pesanan
Dibuatkan standar mempersiapkan pesanan, misalnya paling lambat 1 hari, pesanan sudah terkirim.
6. Kemudahan dalam sistim pembayaran
Untuk mempermudah sistim pembayaran, maka penerbit membuka beberapa rekening di beberapa bank, kemudian usahakan rekening tersebut bisa di akses dengan internet banking dan mobile, sehingga jika ada uang masuk maka saat itu juga bisa di cek status terkirim atau tidak.
7. Kecepatan dan ketepatan dalam mengirimkan barang
Saya mengalami beberapa kali konsumen sangat jengkel dengan kelambatan dalam proses pengiriman barang dan ternyata barang yang dikirim juga salah, maka pastikan buku dikirim paling lambat 1hari, kemudian pastikan pula buku yang dipesan dan dikirim sama. Dan kirimlah buku dengan kualitasnya standar.

Hal-hal lain yang juga perlu di evaluasi adalah:
1. Kecepatan dalam memutuskan apakah naskah yang ditawarkan penulis diterbitkan atau tidak
2. Kecepatan dalam memproduksi buku, mulai dari penterjemahan (jika buku terjemahan), editing, setting, dan proses produksi)
semoga anda selalau ingat bahwa si lambat akan dimakan oleh si cepat.
Seoga bermamfaat.
jaharuddin
praktisi pemasaran buku

Minggu, 01 Juni 2008

Pusat Perbukuan Nasional

Jum’at, 30 Mei 2008, merupakan hari bersejarah bagi masyarakat perbukuan di Indonesia, mengapa tidak, pada hari itu Wakil presiden Republik Indonesia, meresmikan Pusat Perbukuan Indonesia di Kelapa Gading Trade Centre, Jakarta. Yang terdiri dari 258 toko buku.

Ide besar ini perlu didukung banyak pihak, karena ini akan memudahkan para konsumen di Indonesia , khususnya di Jakarta berburu buku kesayangannya, karena pusat buku Nasional ini menjadi sentral semua toko buku, dan penerbit se indonesia, yang tentunya berbagai macam jenis buku juga ada disana.

Disayangkan

Ditengah kebahagiaan sebagian besar masyarakat perbukuan, disayangkan ada pejabat yang memberikan pernyataan, alih-alih memotivasi masyarakat perbukuan, menurut saya malahan iritatif (melukai) masyarakat perbukuan, pernyataan tersebut adalah:

“Harga kertas ditambah pajak dan lain-lain, saya tahu betul, tidak terlalu mahal. Sebab, kita adalah produsen kertas. Tetapi, kadang-kadang kita punya selera yang tinggi. Jadi, maunya kertas HVS”, ujar wapres[1]

Mengapa saya katakan iritatif, karena sebagian besar penerbit, sedang menghadapi masalah besar yaitu melambungnya harga kertas yang merupakan bahan baku utama, dari penerbitan buku, mungkin benar?, Indonesia masih menjadi produsen kertas, namun mengapa harga kertas selalu melambung, bahkan adakalanya menghilang dari pasar. Ini sangat berdampak pada keberlangsungan industri penerbitan, bahkan bisa jadi penerbitan akan tutup.

Kalaulah benar produksi kertas kita masih tinggi, kemanakah kertas tersebut didistribusikan?, kenapa adakalanya kertas langka dipasaran?

Mengenai buku diterbitkan dengan kualitas kertas yang lebih rendah dari kertas HVS, inipun sudah sejak lama dilakukan oleh para penerbit, jadi kita Cuma berharap pejabat jangan membuat pernyataanya yang iritatif, apapun jua saya pribadi yang merupakan bagian dari masyarakat perbukuan mengucapkan terima kasih atas kesediaannya untuk membuka secara resmi pusat perbukuan nasional tesebut.

Lokasi yang kurang strategis

Namun ide besar tersebut, belum mampu ditopang dengan lokasi yang strategis, terutama untuk buku Islam, dari pengalaman saya beberapa tahun dalam penjualan buku Islam, maka kawasan Kelapa Gading, bukanlah kawasan yang bagus penjualan buku Islamnya. Kawasan yang bagus penjualan buku Islamnya adalah di Jakarta selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Depok, Bekasi, Tanggerang, dan Bogor.

Namun, kita tetap harus memberikan apresiasi yang sangat besar, kepada para inisiator yang ada di IKAPI Pusat yang telah berupaya mengawali ide besar ini, namun kedepan perlu difikirkan bersama, untuk memindahkan ide besar tersebut ke kawasan yang lebih mudah dijangkau dan peminat buku Islamnya juga besar.

Sekali lagi, selamat kepada penggurus IKAPI Pusat.
[1] Kompas, sabtu, 31 Mei 2008, halaman 12