Rabu, 15 April 2009

Faktor “salafi” dalam penerbitan buku Islam


Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menyudutkan suatu kelompok yang memberi nama “salafi” kepada kelompoknya, saya Cuma mencoba menganalisa secara sederhana perilaku konsumsi buku kelompok ini sebagai bahan diskusi.

Apa itu kelompok salafi
Abu Abdirrahman Al Thalibi, dalam dakwah salafiyah dakwah bijak; meluruskan sikap keras dai salafi (hal 9), mengidentifikasi kelompok salafi sebagai: Secara sederhana salafiyah bisa diartikan sebagai khazanah ilmu atau ajaran salafus shalih. Sedang salafiyun atau salafiyin ialah orang-orang yang mengikuti ajaran salafus shalih. Adapun salafy atau salafi ialah sebutan bagi orang-orang yang mengikuti ajaran salafus shalih. Salafiyah adalah ajarannya, salafiyin adalah para pengikutnya, sedangkan salafy adalah sebutan bagi mereka. Istilah salafy juga mencerminkan makna komunitas ideologis.
Yang dimaksud salafi dalam tulisan ini adalah sekelompok orang yang mengatakan dirinya sebagai penganut salafi, dengan karakter khas salafiyyun.

Karakter khas salafiyyun
Menurut Abu Abdirrahman Al Thalibi, dalam bukunya dakwah salafiyah dakwah bijak 2; menjawab tuduhan, (hal 264 – 275), karakter khas salafiyyun adalah:
1. Sangat membela istilah salafi atau salafiyah
2. Merasa sebagai kelompok paling benar
3. Sibuk mengingkari, membantah, atau mencela kesesatan orang lain dengan dalih berjihad membela Islam
4. Sangat sensitive terhadap penyimpangan dan sangat keras ketika mencela
5. Bersikap fanatik terhadap ulama dan kelompoknya
6. Tidak mengerti konsep hizbiyah dan terjerumus di dalamnya
7. Kurang memahami manhaj ahlus sunnah
8. Tidak jujur dalam perselisihan
9. Tolong menolong dalam kesesatan
10. Krisis dalam perkara akhlak

Implikasi dalam dunia penerbitan buku Islam
Faktor salafi acap kali diperbincangkan dalam penerbitan buku, seperti muncul pertanyaan, apakah buku ini bisa diterima di kelompok salafi?, ada beberapa ciri kelompok ini dalam mengkonsumsi buku:
1. Sebagian besar kelompok salafi, tidak mau membaca buku-buku karangan Yusuf Al Qaradawi
2. Kelompok yang menamakan salafi ini juga tidak akan membeli buku-buku yang ada gambar makhluk hidupnya, kecuali mukanya dihilangkan.
3. Sangat besar penghormatannya pada ulama-ulama dari kelompok mereka, implikasinya adalah jika ada buku yang direferensikan ustadz salafi, maka akan berdampak luas pada penerimaan buku tersebut di kelompok salafi, dan sebaliknya.
4. Jika suatu buku diberi pengantar oleh orang-orang yang dianggap tidak sefikroh dengan kelompoknya, bisa jadi buku tersebut ditolak di kelompok salafi.
Saya punya kasus satu buku yang pengantarnya dibuat oleh salah seorang ulama hadist di negeri ini, namun ternyata belakangan ulama tersebut ternyata tidak bisa diterima oleh kelompok salafi, secara terang-terangan ada yang meminta kepada kami, untuk menghilangkan kata pengantar dan nama ulama tersebut dari buku tersebut, saya geleng-geleng kepala, mendengar berita ini, sebegitunya kah sikap ekstrim kelompok salafi ini?

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan penerbit dalam mensiasati prilaku konsumsi buku kelompok salafi, seperti: ada penerbit yang menerbitkan buku hanya untuk kalangan salafi, ada yang mensiasatinya dengan membentuk imprint baru yang seolah-olah tidak ada hubungannya sama sekali dengan induknya, ada juga yang tidak peduli. dll
Seharusnya tidak ada polarisasi seperti diatas , bukankah tema keislaman seharusnya bisa dibaca dan dinikmati oleh setiap ummat Islam, namun realitasnya berbeda

Seharusnya pihak penerbit buku Islam tidak menjadikan faktor salafi ini sebagai faktor yang sangat mempengaruhi corak penerbitan buku, biarkanlah ini sekedar realitas bahwasanya susah untuk menyatukan ummat Islam, namun produksilah buku-buku yang berkwalitas, sambil terus mengamati perkembangan pemikiran Islam di Indonesia. Dan menjadi pekerjaan rumah secara bersama-sama , mencari data valid berapa jumlah kelompok ini, agar kita lebih proporsional dalam mengambil kebijakan, kalaulah kelompok ini berjumlah 100.000 orang, mengapa ummat Islam yang ratusan juta lainnya seolah-olah tidak menjadi perhatian penerbitkan buku Islam .

Semoga tulisan ini bisa menjadi bahan diskusi untuk meletakkan sesuatu pada tempat yang pas dan sesuai dengan proporsinya

Jaharuddin
Praktisi pemasaran buku Islam

Selasa, 10 Maret 2009

Korelasi Negatif antara Krisis Ekonomi Makro dengan Penjualan Buku di Pameran


Oleh: Jaharuddin*

Beberapa hari ini saya sedang mengikuti pameran buku di Islamic Book Fair 2009, 28 Februari – 8 Maret 2009 di Gelora Bung Karno Jakarta. Ketika melihat antusiasnya para pengunjung mendatangi dan membeli buku di semua stand buku yang ada di event pameran ini, seolah-olah tidak mewakili kondisi ekonomi makro yang semakin berat.
Kompas online, 3 desember 08 menuliskan, pertumbuhan ekonomi pada 2009 diperkirakan mencapai level terburuk di posisi 4,5 persen, jauh lebih rendah dibandingkan dengan target APBN 2009, yakni 6 persen. Meskipun demikian, target APBN itu masih bisa tercapai jika Indonesia bisa mempertahankan aktivitas ekspor dan investasi.
”Nilai tengah pertumbuhan ekonomi kami perkirakan ada di level 5-5,5 persen,” ujar Menteri Keuangan sekaligus Pelaksana Jabatan Menko Perekonomian Sri Mulyani Indrawati saat melaporkan kondisi terakhir krisis ekonomi kepada Komisi XI DPR di Jakarta, Selasa (2/12).
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik menyebutkan, pada 2008 setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi akan menambah 702.000 lapangan kerja baru (Kompas, 22/8/2008). Dengan demikian, jika pertumbuhan turun dari 6 persen ke 4,5 persen, tenaga kerja yang tidak terserap bisa mencapai 1,053 juta orang. Padahal, masih ada sekitar 9,427 juta penganggur terbuka yang menunggu pekerjaan saat ini.
Pameran ini mempunyai arti penting bagi banyak penerbit, karena kondisi ekonomi kurang baik , bangsa Indonesia juga sedang di sibukkan dengan hiruk pikuk pemilu yang tentunya bagi sebagian orang melelahkan, menjenuhkan dan adakalanya bikin mual, uang pajak rakyat di hamburkan untuk membiayai 48 partai peserta pemilu, caleg menghambur-hamburkan uang untuk membuat dirinya jadi terkenal dengan berbagai metode yang tidak kreatif dan tidak mendidik. implikasinya perhatian dan modalpun akhirnya juga bisa terkuras untuk aktifitas pemilu.

Dalam sejarah dunia penerbitan buku di Indonesia, saya menemukan keunikan tersendiri ketika perekonomian mengalami krisis. Misalnya tahun 98-an di saat ekonomi Indonesia memburuk, kita melihat dengan kasat mata penerbit buku muncul seperti jamur dimusim hujan.

Bisa jadi, tumbuhnya penerbit baru di era 98-an tersebut, karena terbukanya kran reformasi, sehingga terlepas dari kekangan yang selama orde baru tidak bisa di lakukan, namun jika tidak karena dukungan konsumen buku, maka bisa jadi penerbit-penerbit tersebut akan berguguran, kenyataannya tidak.

Faktor lain yang juga mempengaruhi potensi meningkatnya penjualan buku adalah, masyarakat Indonesia semakin terdidik, sadar akan pentingnya informasi dan pengetahuan, dan kondisi ”terjepit”nya perekonomian dan jenuhnya melihat narsisme para caleg, mendorong kepada banyak orang untuk mencari inspirasi dan menenangkan diri. Saya menduga untuk menjawab kebutuhan ini banyak orang akhirnya menjadikan buku sebagai solusinya. Misalnya dibutuhkan ketenangan hati yang lebih dengan cara mendalami dan me refresh pemahaman agama misalnya.

Melihat kondisi yang menggairahkan ini, bisa jadi stigma rendahya daya baca masyarakat Indonesia sudah bisa di tinggalkan, dan kita buang jauh-jauh dari Indonesia, bukti lain adalah toko-toko buku juga semakin tumbuh, misalnya gramedia akan menambah lebih dari 10 toko lagi ditahun 2009 ini.

Semoga Islamic Book Fair ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia sangat butuh buku, dan ini mendorong insan perbukuan untuk meerbitkan buku-buku berkwalitas tinggi dan mencerdaskan masyarakat, saat yang sama juga bisa menghibur dan menenangkan kegalauan masyarakat. Amin.

*Praktisi pemasaran buku Islam

Rabu, 04 Maret 2009

Catatan IBF 2009: Buku Apa Lagi yang Mau Dibuat?


Dalam dunia perfilman Indonesia, khususnya dunia persetanan, kreativitas seperti kagak ada matinye. Sempat ada joke para sineas persetanan itu sudah bingung: setan mana lagi yang mau dikeluarin?? Soalnya, semua setan dengan berbagai spesies sudah dikeluarkan! Eh, alih-alih kehabisan kreativitas, mereka malah menjadi-jadi dengan mengeluarkan film "Hantu Ambulans", "Hantu Jamu Gendong", dan "Kuntilanak Beranak". Hiii... so many ghosts, so confuse. He-he-he.

Walau cuma berkunjung selewat dalam event Islamic Book Fair 2009, saya melihat fenomena yang sama dalam dunia buku Islam Indonesia. Kreativitas benar-benar menjadi kata kunci industri yang juga dikategorikan sebagai industri kreatif ini. Ambil contoh dalam buku anak, kreativitas belum beranjak jauh: masih seputar buku 25 kisah Nabi dan Rasul, Kisah Teladan (para Sahabat maupun Orang Saleh), hadits untuk anak, Asmaul Husna untuk anak, dan sebagainya. Belum ada yang berani beranjak dengan kreativitas lain tanpa meniru yang sudah ada. Dengan kata lain, yang benar-benar unik dan mengandung gagasan pembaruan. Mungkin ada 1-2, tapi tidak terekspose ke permukaan.

Dalam kategori buku dewasa pun setali tiga uang. Tema fiqih, akhlak, bahkan juga how to dan self-improvement masih mendominasi. Tidak jarang kita temukan satu buku yang mirip dengan buku lainnya dari beberapa penerbit berbeda. Dari sisi ini lahir banyak penulis baru dan terkadang terlampau produktif menghasilkan karya yang entah cukup berbunyi, entah tidak.

Isu buku yang menggetarkan pada IBF 2009 ini pun belum tampak seperti IBF-IBF sebelumnya yang diguncang oleh "Khadijah: The True Love Story", "Ayat-Ayat Cinta", atau "Laskar Pelangi". Banyak penerbit tampaknya menahan diri, mungkin kaitan dengan krisis. Atau boleh jadi memang kreativitas tengah mandek menunggu momentum munculnya naskah yang benar-benar menggugah dan mengejutkan banyak orang.

Dari catatan IBF book award sendiri, saya sebagai salah seorang tim juri, melihat tidak ada sesuatu yang revolusioner terjadi pada buku-buku Islam kita. Untuk itu, saya menempatkan buku Pak Syafi'i Antonio: "Muhammad The Superleader, The Supermanager" sebagai buku terbaik tahun ini lebih pada keunggulan Pak Syafi'i melakukan riset mendalam dan mengembangkan aspek-aspek tersembunyi dari pribadi Rasulullah saw. Banyak hal baru memang dalam buku tersebut.

Dalam ranah fiksi, terpilihlah "Road to the Empire" yang juga unggul dalam riset sejarah dan teknik penceritaan dengan segala segi kemantapan dalam perwatakan, alur, dan setting cerita. Sisanya yang diikutsertakan beberapa mengadopsi stereotip "Ayat-ayat Cinta" dan beberapa lainnya masuk kategori biasa-biasa saja.

Buku anak seperti di awal saya sebutkan pun demikian. Maka terpilihlah karya Sri Izzati lebih karena Izzati benar-benar berbakat sebagai tukang cerita dan mampu meneropong segala segi dari fiksi khas anak-anak. Buku lainnya banyak yang merupakan kumpulan kisah-kisah dan ada pula picture book biasa dengan cerita biasa. Tidak ada sebuah terobosan, bahkan kalau kita menyebutkan secara komprehensif, termasuk development editing, desain, serta context (pengemasan) seperti mandek. Masih banyak buku anak yang salah kaprah dengan meminjam mulut orang dewasa untuk bercerita, serta menjejalkan nasihat yang terkadang menjadi kontraproduktif terhadap perkembangan jiwa anak.

Sayang, editor dari para buku-buku terbaik ini memang tidak disebutkan. Padahal, mungkin merekalah si penemu bakat dari penulis dan si pengemas buku tersebut menjadi lebih unggul sehingga pantas mendapatkan award.

Nah, kembali soal IBF 2009 dengan segala keriuhan dan antusias para pengunjung, saya berpikir cukup sulit untuk menentukan pilihan buku yang mau dibeli atau dibaca. Apalagi, jika dana terbatas. Untuk itu, saya perlu memastikan buku yang benar-benar menggugah, bukan sekadar murah meriah. Namun, tidak gampang juga karena saya berada dalam lautan buku yang kini semua tampak bagus, fullcolor, dan juga menawarkan judul atraktif.

Berpikir sebagai pembaca, itulah yang tengah saya lakukan. Tidak dimungkiri, riset itu perlu. Namun, terlihat dari ribuan potensi pengunjung di IBF 2009, tidak ada penerbit yang berniat meriset, kecuali berkutat dalam target penjualan. Saya sarankan para direktur penerbit mestinya memplot waktu satu hari penuh berada di booth dan melayani para pembeli bukunya. Anda akan menemukan sesuatu yang berbeda. Tapi, siapa yang mau bersibuk ria demikian? He-he-he mungkin cuma saya kali direktur penerbit yang mau demikian atau direktur nyentrik seperti Hikmat Kurnia, bosnya Agromedia. Sama-sama 'sableng': bukankah orang kreatif memang rada-rada sableng? :-)

Anda mungkin berpendapat sama: Begitu banyak buku, yang mana yang harus dibaca? Dari sisi saya sebagai penulis dan penerbit: Begitu banyak buku, apa lagi yang mau dibuat? Maka gagasan perlu dikail dari langit. Ibarat setelah Anda menyelam di lautan buku, sembulkan kepala dan bertengadah untuk mengambil nafas. Siapa tahu udara segar dan sinar matahari membuat otak Anda berpikir dan menangkap gagasan: oh sekarang masyarakat membutuhkan buku-buku semacam ini! Saya harus membuatnya!

Bambang Trim
Praktisi Perbukuan Indonesia

Selasa, 03 Maret 2009

30 Ribu Pengunjung Padati Pameran Buku Islam Setiap Hari


TEMPO Interaktif, Senin, 02 Maret 2009

Pameran Buku Islam, yang berlangsung 28 Februari-8 Maret, dikunjungi rata-rata 30 ribu orang setiap harinya. Panitia berharap bisa mendatangkan 1,2 juta penggemar buku ke acara yang digelar di Istora Senayan ini

M. Shaleh, humas acara yang sudah delapan kali digelar ini, pada Senin (2/3), mengatakan sebagian pengunjung bahkan datang dari negara dengan penduduk berbahasa Melayu lain seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.

\"(Pameran ini) termasuk salah satu acara yang dijadwalkan oleh travel tour di Malaysia untuk dikunjungi wisatawan ketika berada di Indonesia,\" jelas Shaleh.

Pengunjung lokal, menurut Shaleh, banyak yang tertarik datang karena potongan harga buku yang mencapai kadang sampai 70%.

Hal ini dibenarkan Rima, 20 tahun, mahasiswi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, yang datang bersama lima temannya. \"Pamerannya bagus, banyak diskon,\" katanya. \"Harga bukunya jauh lebih murah dibandingkan di toko buku biasa.\"

Selain diskon, di gerai Mizan Dian Semesta, misalnya, dijual buku-buku yang tidak dipasarkan di toko-toko buku umum. \"Buku-buku ini dijual secara direct selling hanya pada acara seperti pameran, karena sifatnya butuh penjelasan,\" ujar Endang Choiriah, manajer penjualan wilayah penerbit itu.

Buku langka ini seperti Ensiklopedia Bocah Muslim, I Love My Al-Quran, serta 10 jilid eksiklopedia Nabi Muhammad.

Shaleh mengatakan pameran buku ini menggelar 290 anjungan. Selain gerai dari penerbit dan toko buku, sejumlah anjungan menawarkan pakaian dan alat pendidikan.

Pameran ini tidak hanya berisi buku saja. Untuk memeriahkan, artis-artis pendukung film yang dibuat berdasarkan novel laris Islami, \"Ketika Cinta Bertasbih\", akan datang pada Sabtu (7/3) mendatang. . \"Mereka akan mengadakan soft opening di sini,\" tambah Shaleh.

Sejumlah seminar juga digelar di sela-sela pameran seperti \"Total Managemen berbasis Al Fatihah\" bersama Ir. Heru, S.S, MM. sampai \"Saatnya Indonesia Kuat Mandiri dengan Ekonomi Islam\" bersama Dr. Revrison Baswir dan R.M. Ismail Yusanto, MM..

ANGGY ANINDITA

Senin, 09 Februari 2009

Menakar Buku Fiksi yang akan menjadi Best Seller


Oleh : Jaharuddin*

Para pekerja perbukuan terbelalak ketika buku Ayat-Ayat Cinta (AC) dan Laskar Pelangi mendapat respon yang luaaaar biasa oleh konsumen, kemudian diiringi dengan difilmkannya buku tersebut. Disamping meng endorse penjualan bukunya, juga mengangkat “derajat” penerbitnya karena banyak penonton film yang bisa jadi bukan pembaca buku, akhirnya melalui media film, mengenal penerbit yang menerbitkan buku tersebut. Dilihat dari tiras buku yang terjual buku-buku fiksi yang best seller biasanya penjualannya diatas penjualan buku-buku umum lainnya.

Dari pengkajian awal diketahui bahwasanya tidak semua penerbit yang menerbitkan buku fiksi akhirnya beroleh keberuntungan dengan best sellernya buku fiksi yang diterbitkan tersebut. ada beberapa penerbit yang tidak mampu menjual buku-buku novelnya dengan baik. Akhirnya buku menjadi menumpuk di gudang .

Untuk meminimalisir kemungkinan buku-buku fiksi yang diterbitkan menjadi buku slow moving dan menumpuk digudang, ada beberapa indikator buku-buku fiksi yang sukses di pasar, yaitu:
1. Tema yang unik
Tema yang unik paling tidak bisa diukur dari originalitas ide, kekuatan cerita, tema yang baru. Dengan demikian seharusnya penerbit tidak perlu takut dengan penulis-penulis yang belum berpengalaman, asalkan fiksi yang ditawarkan adalah fiksi yang unik. Namun tim seleksi naskah harus benar-benar jeli menilai naskah, apakah akan booming atau akan menjadi slow moving produk.
2. Pengarapan dan pengemasan produk
Ini bagian terpenting selanjutnya setelah naskah, karena bisa jadi ada buku yang sebetulnya temanya bagus, namun bahasanya sangat tidak “mengalir” atau malah menyulitkan pembaca, ini bisa jadi masalah besar dikemudian hari. Termasuk dalam pemilihan cover , cover yang baik disamping mampu mewakili isi, cover hendaknya juga unik dan mampu menarik perhatian calon pembaca. Jika ini diabaikan bisa berakibat fatal dalam penerbitan buku fiksi.
3. Promosi dan Pemasaran
Menurut saya untuk promosi buku fiksi yang harus dilakukan adalah berpromosi di media-media yang sesuai dengan segmentasi calon pembaca, kemudian diikuti dengan mengadakan promosi di toko-toko buku, misalnya dengan membuatkan standing banner/neon box di toko, yang diiringi dengan display buku yang menarik dan atraktif di tempat yang strategis. Diikuti dengan pemerataan distribusi buku berdasarkan toko dan wilayah, semakin mudah konsumen mendapatkan buku anda semakin baik, dan jangan lupa pastikan konsumen sangat mudah menghubungi hotline perusahaan anda seperti telp/sms/email/dll.
4. Pernah mendapat penghargaan di Negara asalnya
Jika naskahnya adalah naskah terjemahan, buku yang sudah mendapatkan best sellet, National Best Seller, atau International Best Seller, biasanya juga akan lebih mudah untuk menjadi best seller di Indonesia. Dan jangan lupa “gelar” ini, harus anda tampilkan di cover muka buku anda, diharapkan mampu meyakinkan calon membaca untuk membeli produk anda.
5. Mengambil segment pembaca yang sudah mempunyai penghasilan
Didasarkan klasifikasi pembaca terdapat dua kategori fiksi, yaitu fiksi populer untuk remaja, dan fiksi untuk dewasa. Nah untuk kategori pertama saya menduga akan sulit penjualannya ditahun ini, karena kondisi ekonomi masyarakat terganggu dengan kondisi krisis financial global, karena budget pembelian buku segement ini sangat terbatas dan dipengaruhi penghasilan orang tua. Yang akan tetap mendapatkan penjualan yang bagus adalah segmen kedua, karena para pembaca ini adalah mereka yang sudah mempunyai penghasilan sehingga kebutuhan akan buku tetap akan dibutuhkan walaupun nominalnya mungkin akan berkurang, ada kecendrungan kategori pertama juga melakukan peningkatan kualitas bacaannya dan membeli buku-buku fiksi kategori kedua.
6. adanya film yang mengendorse buku tersebut
dalam kasus Ayat-Ayat Cinta (AAC) dan Laskar Pelangi, kita melihat bahwa adanya film kedua novel tersebut , membuat dampak yang besar terhadap penjualan dan Prestise novel tersebut, seolah-olah belum dianggap gaul jika belum membaca novel AAC atau Laskar Pelangi.
Trend ini dimanfaatkan oleh beberapa penerbit untuk bekerjasama dengan Production House (PH), untuk membuat novel dari film-film yang mereka louncing ke pasar, paling baru saya melihat novel Perempuan Berkalung Sorban (PBS), juga cukup laku seiring dengan diputarnya film tersebut dibanyak bioskop. Sampai saat ini saya melihat adanya mutualisme antara PH dengan penerbit, ada film yang terinspirasi dari membaca novel, seperti AAC dan Laskar Pelangi, dan Ketika alam bertasbih, namun ada juga novel yang ditulis didasarkan film yang dibuat oleh PH, sampai saat ini novel yang paling sukses menurut saya adalah film yang terinspirasi dari novel.

Semoga indikator-indikator ini mampu memberikan inspirasi kepada banyak orang , terutama insan perbukuan, sehingga mampu menerbitkan novel yang berkualitas namun juga mencatatkan penjualan yang menakjubkan. Amin.

*praktisi pemasaran buku Islam, email: jaharuddin@gmail.com
http://penerbitbukuislam.blogspot.com

Rabu, 21 Januari 2009

Trend Buku 2009


Oleh : Jaharuddin*

Diakhir tahun pertanyaan ini sering muncul dalam diskusi dan rapat-rapat di internal penerbitan buku. Pertanyaan ini membutuhkan jawaban yang tepat dan sangat dibutuhkan oleh penerbit buku, karena jika suatu penerbit mampu menjawab pertanyaan ini dengan tepat dan baik, maka keberuntungan dan laba tahun 2009 bisa mendekati kenyataan.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut paling tidak ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar pertanyaan tersebut bisa dijawab dengan tepat dan baik. Faktor tersebut adalah analisis situasi tahun 2009 seperti peluang, dan tantangan 2009.

Tantangan
Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi industri perbukuan di Indonesia di tahun 2009, yaitu:
1. Dampak Krisis Finansial Amerika Serikat
2. Melambatnya pertumbuhan ekonomi
3. Meningkatnya penganguran
4. Pemilu
5. Makro Ekonomi yang tidak stabil
6. Daya Beli Masyarakat tertekan
untuk-faktor-faktor diatas, saya tidak perlu menguraikan panjang lebar, karena banyak sekali analisis yang menjelaskannya. Kongkulsinya adalah tahun 2009 diduga akan banyak terimbas dari krisis finansial di Amerika Serikat.

Peluang
Sebesar apapun tantangan yang akan dihadapi di tahun 2009, hendaknya dimulai dengan semangat optimis yang terukur dari setiap insan perbukuan dalam menerbitkan buku. Beberapa peluang tersebut adalah:
1. Pemilu 2009
Pemilu 2009, merupakan tantangan sekaligus peluang karena dari sisi ekonomi saya berkeyakinan pemerintahan SBY-JK akan mencoba mempertahankan kondisi ekonomi sebaik mungkin, dan akan melakukan kebijakan-kebijakan pro rakyat. Kenapa demikian karena sudah dipastikan SBY-JK ikut serta dalam pertarungan menjaga image untuk tetap bisa bertahan pada RI 1 atau RI 2. apapun akan dilakukan pemerintahan SBY-JK untuk menstabilkan ekonomi, paling tidak sampai pemilihan presiden berlangsung. Makanya di bulan Januari ini pemerintahan SBY-JK menurunkan kembali BBM ketiga kalinya, dan sudah bisa ditebak kebijakan ini akan dijadikan komoditas politik untuk menjaga image untuk perebutan hati rakyat tahun 2009. bagi penerbit paling tidak ini angin segar, walaupun belum tentu kebijakan ini akan bertahan jangka panjang.
Disamping itu, pemilu ini melibatkan banyak orang dan tentunya mempunyai anggaran yang sangat besar, dengan kondisi ini maka terbuka peluang bagi penerbitan buku untuk menerbitkan buku-buku yang menjawab kebutuhan banyak orang yang terlibat dalam pelaksanaan pemilu, seperti untuk calon anggota legislatif misalnya, tentunya mereka membutuhkan buku panduan berkampanye yang efektif dan efisien, buku panduan menyusun anggaran kampanye, buku panduan penyusunan laporan keuangan partai, strategi komunikasi politik yang terbaik untuk caleg dan partai, panduan memilih partai dan calon presiden yang pro rakyat, Strategi memenangkan pemilu legislatif dan presiden, buku-buku proyek pencitraan caleg, seperti profil caleg, profil calon presiden, dan banyak lagi tema seputar pemilu yang dibutuhkan.
2. Buku-buku ekonomi syariah
Menurut data perbankan Syariah Bank Indonesia, pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia 5 tahun terakhir, rata-rata 60%. Ini merupakan angka yang spektakuler. Dan diperkirakan pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia pada tahun 2009 ini pun juga akan mencapai angka 60%. Salah satu indikator pendukungnya adalah diperkirakan akan berdiri 8 Bank Umum Syariah lagi pada tahun 2009. seperti Bank Umum Syariah Bukopin, Bank Umum Syariah BRI, bahkan BCA pun akan membuka Bank Umum Syariah. Potensi lain para pelaku perbankan syariah dan ekonomi syariah secara umum merupakan kalangan terdidik dan mempunyai daya beli yang tinggi. Namun para penerbit harus menyadari juga bahwa, ekonomi syariah bukan hanya perbankan syariah, masih banyak sektor ekonomi syariah yang juga akan berkembang pesat dan membutuhkan buku-buku berkwalitas sebagai pendukung seperti pasar modal syariah, assuransi syariah, wakaf produktif, zakat, pegadaian syariah, leasing syariah, ekonomi mikro syariah, ekonomi makro syariah,ekonomi pembangunan syariah, ekonomi moneter syariah (dinar dan dirham), enterpreneurship syariah, fatwa-fatwa ekonomi syariah, dll.
Kebutuhan ini juga didasari semakin berkembangnya program studi dan jurusan ekonomi syariah disetiap kampus-kampus ternama di Indonesia.
3. Buku-buku pendidikan anak
Di saat ekonomi sedang tidak menentu karena dampak krisis finansial di Amerika Serikat. Setiap rumah tangga akan rasional dalam memilih produk yang akan dikonsumsinya, termasuk pengurangan atau penundaan konsumsi buku. Namun setiap orang tua tetap akan berusaha untuk bisa memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anaknya. Buku-buku pendidikan anak salah satu kebutuhan pendidikan anak. Dengan demikian saya memperkirakan permintaan dan kebutuhan masyarakat terhadap buku-buku pendidikan anak tidak akan tergangu banyak. Dengan demikian masih sangat prospek jika penerbit masuk menerbitkan buku-buku pendidikan anak, mulai dari pra sekolah sampai SD.
Apalagi saat ini pemerintah sedang giat-giatnya mengembangkan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), sampai-sampai setiap RW yang ada di Indonesia ditargetkan akan ada PAUD nya. Sekali lagi ini potensi besar yang selayaknya dilirik oleh banyak penerbit. Tapi setiap penerbit harus mempunyai komitment yang tinggi untuk membuat-buku-buku pendidikan anak yang berkwalitas tinggi. Karena jika penerbit hanya mengedepankan profit, dan asal laku, ini bisa menjadi bumerang bagi masa depan anak-anak kita dan generasi muda bangsa ini. Dan sebaliknya jika penerbit mampu menyajikan buku-buku anak-anak yang berkwalitas, maka penerbit juga memberi andil dalam terciptanya generasi-generasi yang berkwalitas di masa depan.
Terkait dengan ini, bisa juga di kombinasikan kebutuhan buku-buku ekonomi syariah dengan buku-buku anak, setahu saya belum ada buku-buku pendidikan anak yang membahas konsep-konsep ekonomi syariah, dengan level untuk anak-anak, ini akan membantu pengembangan ekonomi syariah yang sedang digalakkan pemerintah, sekaligus mengedukasi anak-anak sedari awal tentang ekonomi syariah.
4. Buku-Buku kewirausahawan dan motivasi
Seiring dengan banyaknya kasus PHK dan kemungkinan PHK di tahun 2009 ini, maka akan banyak pekerja yang kebingungan mencari alternatif pekerjaan yang cepat dan mudah dilakukan. Dengan demikian dibutuhkan buku-buku tentang kewirausahaan seperti: cara mudah memulai usaha sendiri, panduan usaha francise di Indonesia dan Luar Negeri, termasuk buku-buku motivasi untuk para pekerja yang kehilangan pekerjaan seperti: Tidak ada kata menganggur bagi setiap muslim yang baik, PHK bukan akhir kehidupan, dll.
5. Buku-buku agama Islam
Agama merupakan kebutuhan mendasar setiap manusia, sampai kapanpun dan dalam kondisi apapun setiap orang membutuhkan makanan/gizi hatinya dalam bentuk tuntunan agama, apalagi kalau kondisi ekonomi dan sosial politik lagi tidak menentu, saya memperkiarakan kebutuhan masyarakat terhadap agama semakin tinggi. Hal ini dibuktikan sejak krisis tahun 1998, penerbit-penerbit buku Islam tumbuh bak jamur di musim hujan, dan sebagian besarnya mampu bertahan sampai saat ini, indikator lainnya adalah semakin semaraknya pameran-pameran buku Islam di banyak kota di Indonesia, serta siqnificannya penjualan buku islam di toko buku.
6. Mushaf Al-Qur’an
Penerbitan Mushaf Al-Qur’an, memang sudah lama dilakukan, bahkan sekarang departemen agama telah menerbitkan sendiri Al-Qur’an dengan membangun percetakan sendiri di Ciawi. Namun menarik juga diamati keberadaan mushaf Al-Qur’an semakin hari semakin berkembang seiring dengan kebutuhan dan kemudahan yang ditawarkan penerbit kepada masyarakat, seperti Al-Qur’an tadjwid, Al-Qur’an untuk wanita, dan banyak keunikan lainnya, yang paling baru dan fenomenal adalah Al-Qur’an terjemah kata perkata metode hijaz, yang diterbitkan penerbit as syamil. Al-Qur’an ini diterima sangat antusias oleh masyarakat.
semoga bermanfaat....

*praktisi pemasaran buku Islam, email: jaharuddin@gmail.com
http://penerbitbukuislam.blogspot.com

Senin, 05 Januari 2009

Dicari Editor Tetap Fiksi

Pustaka al-kautsar mencari tenaga editor tetap, untuk buku-buku fiksi Islam. syaratnya punya pengalaman di bidang tersebut.

lamaran bisa dikirim via email ke: khalish02@yahoo.com atau, cckan ke: jaharuddin@gmail.com