Senin, 09 Februari 2009

Menakar Buku Fiksi yang akan menjadi Best Seller


Oleh : Jaharuddin*

Para pekerja perbukuan terbelalak ketika buku Ayat-Ayat Cinta (AC) dan Laskar Pelangi mendapat respon yang luaaaar biasa oleh konsumen, kemudian diiringi dengan difilmkannya buku tersebut. Disamping meng endorse penjualan bukunya, juga mengangkat “derajat” penerbitnya karena banyak penonton film yang bisa jadi bukan pembaca buku, akhirnya melalui media film, mengenal penerbit yang menerbitkan buku tersebut. Dilihat dari tiras buku yang terjual buku-buku fiksi yang best seller biasanya penjualannya diatas penjualan buku-buku umum lainnya.

Dari pengkajian awal diketahui bahwasanya tidak semua penerbit yang menerbitkan buku fiksi akhirnya beroleh keberuntungan dengan best sellernya buku fiksi yang diterbitkan tersebut. ada beberapa penerbit yang tidak mampu menjual buku-buku novelnya dengan baik. Akhirnya buku menjadi menumpuk di gudang .

Untuk meminimalisir kemungkinan buku-buku fiksi yang diterbitkan menjadi buku slow moving dan menumpuk digudang, ada beberapa indikator buku-buku fiksi yang sukses di pasar, yaitu:
1. Tema yang unik
Tema yang unik paling tidak bisa diukur dari originalitas ide, kekuatan cerita, tema yang baru. Dengan demikian seharusnya penerbit tidak perlu takut dengan penulis-penulis yang belum berpengalaman, asalkan fiksi yang ditawarkan adalah fiksi yang unik. Namun tim seleksi naskah harus benar-benar jeli menilai naskah, apakah akan booming atau akan menjadi slow moving produk.
2. Pengarapan dan pengemasan produk
Ini bagian terpenting selanjutnya setelah naskah, karena bisa jadi ada buku yang sebetulnya temanya bagus, namun bahasanya sangat tidak “mengalir” atau malah menyulitkan pembaca, ini bisa jadi masalah besar dikemudian hari. Termasuk dalam pemilihan cover , cover yang baik disamping mampu mewakili isi, cover hendaknya juga unik dan mampu menarik perhatian calon pembaca. Jika ini diabaikan bisa berakibat fatal dalam penerbitan buku fiksi.
3. Promosi dan Pemasaran
Menurut saya untuk promosi buku fiksi yang harus dilakukan adalah berpromosi di media-media yang sesuai dengan segmentasi calon pembaca, kemudian diikuti dengan mengadakan promosi di toko-toko buku, misalnya dengan membuatkan standing banner/neon box di toko, yang diiringi dengan display buku yang menarik dan atraktif di tempat yang strategis. Diikuti dengan pemerataan distribusi buku berdasarkan toko dan wilayah, semakin mudah konsumen mendapatkan buku anda semakin baik, dan jangan lupa pastikan konsumen sangat mudah menghubungi hotline perusahaan anda seperti telp/sms/email/dll.
4. Pernah mendapat penghargaan di Negara asalnya
Jika naskahnya adalah naskah terjemahan, buku yang sudah mendapatkan best sellet, National Best Seller, atau International Best Seller, biasanya juga akan lebih mudah untuk menjadi best seller di Indonesia. Dan jangan lupa “gelar” ini, harus anda tampilkan di cover muka buku anda, diharapkan mampu meyakinkan calon membaca untuk membeli produk anda.
5. Mengambil segment pembaca yang sudah mempunyai penghasilan
Didasarkan klasifikasi pembaca terdapat dua kategori fiksi, yaitu fiksi populer untuk remaja, dan fiksi untuk dewasa. Nah untuk kategori pertama saya menduga akan sulit penjualannya ditahun ini, karena kondisi ekonomi masyarakat terganggu dengan kondisi krisis financial global, karena budget pembelian buku segement ini sangat terbatas dan dipengaruhi penghasilan orang tua. Yang akan tetap mendapatkan penjualan yang bagus adalah segmen kedua, karena para pembaca ini adalah mereka yang sudah mempunyai penghasilan sehingga kebutuhan akan buku tetap akan dibutuhkan walaupun nominalnya mungkin akan berkurang, ada kecendrungan kategori pertama juga melakukan peningkatan kualitas bacaannya dan membeli buku-buku fiksi kategori kedua.
6. adanya film yang mengendorse buku tersebut
dalam kasus Ayat-Ayat Cinta (AAC) dan Laskar Pelangi, kita melihat bahwa adanya film kedua novel tersebut , membuat dampak yang besar terhadap penjualan dan Prestise novel tersebut, seolah-olah belum dianggap gaul jika belum membaca novel AAC atau Laskar Pelangi.
Trend ini dimanfaatkan oleh beberapa penerbit untuk bekerjasama dengan Production House (PH), untuk membuat novel dari film-film yang mereka louncing ke pasar, paling baru saya melihat novel Perempuan Berkalung Sorban (PBS), juga cukup laku seiring dengan diputarnya film tersebut dibanyak bioskop. Sampai saat ini saya melihat adanya mutualisme antara PH dengan penerbit, ada film yang terinspirasi dari membaca novel, seperti AAC dan Laskar Pelangi, dan Ketika alam bertasbih, namun ada juga novel yang ditulis didasarkan film yang dibuat oleh PH, sampai saat ini novel yang paling sukses menurut saya adalah film yang terinspirasi dari novel.

Semoga indikator-indikator ini mampu memberikan inspirasi kepada banyak orang , terutama insan perbukuan, sehingga mampu menerbitkan novel yang berkualitas namun juga mencatatkan penjualan yang menakjubkan. Amin.

*praktisi pemasaran buku Islam, email: jaharuddin@gmail.com
http://penerbitbukuislam.blogspot.com

3 komentar:

themahdavinovel mengatakan...

nice blog, silaturahmi log-on

saya mengundang anda tuk melihat blog saya, saya sedang menulis Novel petualangan 'Hexverstoone' minta comment Bro...,

Karya Fiksi mengatakan...

terimah kasih atas tipsnya. Bisakah saya minta tolong karya fiksi saya dikomentari?

jaharuddin.blogspot.com mengatakan...

to themahdavinovel dan karya fiksi...trims komentnya