Rabu, 04 Maret 2009

Catatan IBF 2009: Buku Apa Lagi yang Mau Dibuat?


Dalam dunia perfilman Indonesia, khususnya dunia persetanan, kreativitas seperti kagak ada matinye. Sempat ada joke para sineas persetanan itu sudah bingung: setan mana lagi yang mau dikeluarin?? Soalnya, semua setan dengan berbagai spesies sudah dikeluarkan! Eh, alih-alih kehabisan kreativitas, mereka malah menjadi-jadi dengan mengeluarkan film "Hantu Ambulans", "Hantu Jamu Gendong", dan "Kuntilanak Beranak". Hiii... so many ghosts, so confuse. He-he-he.

Walau cuma berkunjung selewat dalam event Islamic Book Fair 2009, saya melihat fenomena yang sama dalam dunia buku Islam Indonesia. Kreativitas benar-benar menjadi kata kunci industri yang juga dikategorikan sebagai industri kreatif ini. Ambil contoh dalam buku anak, kreativitas belum beranjak jauh: masih seputar buku 25 kisah Nabi dan Rasul, Kisah Teladan (para Sahabat maupun Orang Saleh), hadits untuk anak, Asmaul Husna untuk anak, dan sebagainya. Belum ada yang berani beranjak dengan kreativitas lain tanpa meniru yang sudah ada. Dengan kata lain, yang benar-benar unik dan mengandung gagasan pembaruan. Mungkin ada 1-2, tapi tidak terekspose ke permukaan.

Dalam kategori buku dewasa pun setali tiga uang. Tema fiqih, akhlak, bahkan juga how to dan self-improvement masih mendominasi. Tidak jarang kita temukan satu buku yang mirip dengan buku lainnya dari beberapa penerbit berbeda. Dari sisi ini lahir banyak penulis baru dan terkadang terlampau produktif menghasilkan karya yang entah cukup berbunyi, entah tidak.

Isu buku yang menggetarkan pada IBF 2009 ini pun belum tampak seperti IBF-IBF sebelumnya yang diguncang oleh "Khadijah: The True Love Story", "Ayat-Ayat Cinta", atau "Laskar Pelangi". Banyak penerbit tampaknya menahan diri, mungkin kaitan dengan krisis. Atau boleh jadi memang kreativitas tengah mandek menunggu momentum munculnya naskah yang benar-benar menggugah dan mengejutkan banyak orang.

Dari catatan IBF book award sendiri, saya sebagai salah seorang tim juri, melihat tidak ada sesuatu yang revolusioner terjadi pada buku-buku Islam kita. Untuk itu, saya menempatkan buku Pak Syafi'i Antonio: "Muhammad The Superleader, The Supermanager" sebagai buku terbaik tahun ini lebih pada keunggulan Pak Syafi'i melakukan riset mendalam dan mengembangkan aspek-aspek tersembunyi dari pribadi Rasulullah saw. Banyak hal baru memang dalam buku tersebut.

Dalam ranah fiksi, terpilihlah "Road to the Empire" yang juga unggul dalam riset sejarah dan teknik penceritaan dengan segala segi kemantapan dalam perwatakan, alur, dan setting cerita. Sisanya yang diikutsertakan beberapa mengadopsi stereotip "Ayat-ayat Cinta" dan beberapa lainnya masuk kategori biasa-biasa saja.

Buku anak seperti di awal saya sebutkan pun demikian. Maka terpilihlah karya Sri Izzati lebih karena Izzati benar-benar berbakat sebagai tukang cerita dan mampu meneropong segala segi dari fiksi khas anak-anak. Buku lainnya banyak yang merupakan kumpulan kisah-kisah dan ada pula picture book biasa dengan cerita biasa. Tidak ada sebuah terobosan, bahkan kalau kita menyebutkan secara komprehensif, termasuk development editing, desain, serta context (pengemasan) seperti mandek. Masih banyak buku anak yang salah kaprah dengan meminjam mulut orang dewasa untuk bercerita, serta menjejalkan nasihat yang terkadang menjadi kontraproduktif terhadap perkembangan jiwa anak.

Sayang, editor dari para buku-buku terbaik ini memang tidak disebutkan. Padahal, mungkin merekalah si penemu bakat dari penulis dan si pengemas buku tersebut menjadi lebih unggul sehingga pantas mendapatkan award.

Nah, kembali soal IBF 2009 dengan segala keriuhan dan antusias para pengunjung, saya berpikir cukup sulit untuk menentukan pilihan buku yang mau dibeli atau dibaca. Apalagi, jika dana terbatas. Untuk itu, saya perlu memastikan buku yang benar-benar menggugah, bukan sekadar murah meriah. Namun, tidak gampang juga karena saya berada dalam lautan buku yang kini semua tampak bagus, fullcolor, dan juga menawarkan judul atraktif.

Berpikir sebagai pembaca, itulah yang tengah saya lakukan. Tidak dimungkiri, riset itu perlu. Namun, terlihat dari ribuan potensi pengunjung di IBF 2009, tidak ada penerbit yang berniat meriset, kecuali berkutat dalam target penjualan. Saya sarankan para direktur penerbit mestinya memplot waktu satu hari penuh berada di booth dan melayani para pembeli bukunya. Anda akan menemukan sesuatu yang berbeda. Tapi, siapa yang mau bersibuk ria demikian? He-he-he mungkin cuma saya kali direktur penerbit yang mau demikian atau direktur nyentrik seperti Hikmat Kurnia, bosnya Agromedia. Sama-sama 'sableng': bukankah orang kreatif memang rada-rada sableng? :-)

Anda mungkin berpendapat sama: Begitu banyak buku, yang mana yang harus dibaca? Dari sisi saya sebagai penulis dan penerbit: Begitu banyak buku, apa lagi yang mau dibuat? Maka gagasan perlu dikail dari langit. Ibarat setelah Anda menyelam di lautan buku, sembulkan kepala dan bertengadah untuk mengambil nafas. Siapa tahu udara segar dan sinar matahari membuat otak Anda berpikir dan menangkap gagasan: oh sekarang masyarakat membutuhkan buku-buku semacam ini! Saya harus membuatnya!

Bambang Trim
Praktisi Perbukuan Indonesia

Tidak ada komentar: