Sabtu, 26 Juli 2008

Pasar Buku Islam Tengah Menggeliat


TAK bisa disangkal industri buku di Tanah Air beberapa tahun terakhir ini tumbuh dengan bergairah. Kegairahan ini ditandai dengan munculnya penerbit-penerbit baru di berbagai kota di Indonesia dan membanjirnya buku-buku baru produk mereka di pasar. Ada yang cukup menyita perhatian dari bergairahnya industri buku tersebut, yakni maraknya penerbitan buku-buku agama, terutama buku-buku bertemakan Islam.

Bukan perkara sulit membaca fenomena demikian. Tengok, gencarnya penyelenggaraan pameran-pameran buku yang diselenggarakan di berbagai kota di Indonesia setelah tahun 1990-an. Munculnya peserta-peserta baru dari kalangan penerbit-penerbit buku Islam dalam jumlah yang cukup besar kerap menghiasi pemandangan pameran buku saat ini. Bahkan, dalam dua tahun terakhir, sudah ada pameran buku Islam tersendiri, seperti Pameran Buku Islam yang digelar Ikatan Penerbit Indonesia cabang Jakarta (IKAPI Jaya) maupun Pameran Buku Islam Plus yang diadakan IKAPI Jawa Barat bulan Oktober tahun 2003.

Jika dua tahun terakhir penyelenggaraan pameran buku sudah mulai mengkhususkan diri pada tema-tema bernapaskan Islam, sudah barang tentu terjadi pertumbuhan penerbit buku Islam yang cukup signifikan pada tahun-tahun terakhir ini. Pendataan IKAPI Pusat, misalnya, untuk periode tahun 2000 hingga 2003 atau kurang dari empat tahun, sudah tercatat sekitar 20 penerbit buku Islam baru yang menjadi anggota IKAPI. Angka ini jauh lebih besar apabila dibandingkan dengan jumlah penerbit buku Islam pada kurun waktu tahun 1981 hingga 1989 yang hanya sebanyak enam penerbit saja. Jumlah ini belum termasuk pertumbuhan penerbit buku Islam yang tidak menjadi anggota IKAPI yang bisa dipastikan jumlahnya akan jauh lebih besar.

Bertambahnya penerbit tentu berbanding lurus dengan pertambahan produksi buku. Maka, tidak mengherankan jika keberadaan buku-buku bertemakan Islam mulai merambah toko- toko buku. "Buku-buku agama, khususnya Islam, memang paling banyak memakan space atau tempat paling luas di toko buku kami. Saat ini, paling tidak buku-buku agama sudah menyita 20 persen space yang tersedia, dari sejumlah itu 80 persennya buku-buku Islam," kata Arif Abdulrakhim pemimpin Toko Buku Toga Mas Yogyakarta. Proporsi demikian tentu terbilang besar. Bahkan, Abdulrakhim sangat meyakini bahwa toko-toko buku umum lain di luar Toga Mas pun kondisinya kurang lebih juga sama. "Dua puluh persen itu gede karena buku-buku yang lain tidak ada yang sampai 20 persen. Saya yakin di toko buku lain, yang bukan toko buku agama, paling besar buku Islam," kata Arif menambahkan.

GELIAT penerbitan buku- buku Islam yang melanda dunia penerbitan akhir-akhir ini, di satu sisi tidak bisa dilepaskan dari hukum penawaran dan permintaan. Artinya, kemunculan penerbit dan buku Islam di masyarakat ini sangat dipengaruhi tingginya respons atau permintaan masyarakat terhadap buku-buku jenis itu. Tengok saja selama bulan Ramadhan, misalnya, hasil jajak pendapat yang dilakukan harian ini di 10 kota besar Indonesia mengungkapkan 71,7 persen responden beragama Islam mengaku membaca buku-buku Islam. Sisanya, mengaku tidak membaca buku-buku bertemakan Islam dalam keseharian di bulan Ramadhan ini.

Dapat dibayangkan betapa besar kebutuhan akan buku-buku bertemakan Islam selama bulan ini. Oleh karena itu, bagi Indonesia yang mempunyai penduduk beragama Islam terbesar di dunia ini merupakan pasar yang sangat potensial bagi buku-buku bernuansa Islam. Pertimbangan inilah yang menjadi salah satu alasan bagi penerbit-penerbit untuk berbondong-bondong terjun menggarap pasar buku-buku Islam dengan lebih serius.

Situasi seperti itu juga diantisipasi Penerbit Gema Insani Press (GIP). "Saya melihat mayoritas penduduk Indonesia itu Islam, sementara itu para penerbit buku Islam sebelumnya sudah ada, tetapi kualitas covernya sangat sederhana, kertasnya koran semua. Kenapa buku Islam tidak bisa dibuat dengan bagus, hard cover dengan kertas HVS semua?" Pertanyaan inilah yang mendorong GIP terjun dalam penerbitan buku-buku bertemakan Islam. Apalagi, ternyata masyarakat menerima keberadaan mereka, yang diikuti respons pembelian yang sangat bagus. "Jadi, masyarakat ini menggandrungi buku-buku Islam yang bagus dan indah, tidak sekadar dari kertas koran," kata Iwan Setiawan, General Manajer GIP.

Menurut pendirinya, GIP sendiri berdiri tahun 1985. Semua berawal dari penerbitan buku bertemakan perang Afghanistan. Merasa cukup laku, dari situ kemudian keluarlah buku-buku yang lain sehingga penerbit ini memilih berkonsentrasi penuh dengan menerbitkan buku-buku Islam sampai sekarang. Dalam dunia perbukuan, Penerbit GIP termasuk penerbit buku Islam yang terbilang sukses. Produksi bukunya saat ini rata-rata 6 judul per bulannya. Jumlah ini meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan selama krisis yang hanya 3 judul tiap bulannya. Hingga bulan September 2003, tidak kurang 414 judul buku yang sudah diterbitkan GIP. Ada beberapa buku terbitan GIP yang dicetak ulang hingga berkali-kali dan terserap pasar hingga ratusan ribu eksemplar. Buku-buku itu antara lain: Berbakti pada Ibu Bapak, Nama-nama Islami, Wanita Harapan Tuhan, dan Anda Bertanya Islam Menjawab. Buku terakhir adalah karangan ulama besar Mesir Prof Dr M Mutawalli Asy-sya’rawi ini sudah mengalami cetak ulang hingga 18 kali. Buku dengan kemasan luks tersebut dijual seharga Rp 47.200.

Tidak heran dengan keberhasilan meraih respons pasar tersebut hingga kini perkembangan bisnis GIP tergolong pesat. Dari jumlah karyawan, misalnya, jika semula tiga orang kini mencapai 150 karyawan. Jika dahulu mereka mengontrak rumah sebagai tempat beraktivitas, kini mampu membangun kantor, percetakan yang dilengkapi dengan mesin-mesin cetak milik sendiri berkapasitas besar. Bahkan, hingga kini dengan keuntungan yang diperoleh, penerbit ini sudah mampu membangunkan 40 rumah bertipe 70 dan 90 berkamar tiga, yang diberikan kepada karyawannya.

Penerbit Mizan tampaknya layak juga disebut sebagai lokomotif perkembangan penerbit buku Islam di Indonesia. Harus diakui juga bahwa penerbit yang berlokasi di Bandung ini turut mewarnai wajah perkembangan dunia perbukuan. Kemunculannya tidak hanya memberi warna terbatas di dalam penerbitan buku Islam, tetapi dalam satu dasawarsa terakhir secara lebih luas ikut memberi wajah baru bagi dunia perbukuan di Indonesia. Apabila sebelumnya dunia penerbitan buku lebih banyak dikuasai penerbit dari kelompok Gramedia, saat ini Penerbit Mizan tumbuh menjadi kelompok penerbit yang tergolong tangguh dan patut diperhitungkan.

Penerbit Mizan mulai berdiri sejak tahun 1983 dengan menerbitkan buku-buku tentang pemikiran Islam yang cenderung moderat dan liberal. Kehadiran buku-buku terbitan Mizan mendapat sambutan yang baik di masyarakat, terutama kelompok masyarakat kelas menengah baru Islam. Menarik mengikuti pandangan Haidar Bagir, pendiri kelompok penerbitan Mizan. Menurut dia, keberadaan kelas menengah baru Muslim ini, yang relatif lebih dulu mengalami kemakmuran dan mengalami gejala kekosongan spiritual seperti yang dialami oleh masyarakat di negara maju, menjadi pasar terbesar bagi buku-buku Islam. Untuk itu buku Mizan dibuat dengan kualitas yang sesuai dengan permintaan kelompok-kelompok yang mementingkan kualitas dan juga harga yang tidak terlalu murah serta yang membeli orang-orang yang berpenghasilan tertentu. "Buku model Mizan ini kemudian banyak ditiru penerbit-penerbit lain," kata Haidar Bagir.

Rintisan Mizan tidak terputus sesaat. Dalam perkembangannya selain tetap berkonsentrasi menerbitkan buku-buku Islam pemikiran dengan tetap menggunakan bendera Mizan, penerbit ini kemudian membentuk penerbit-penerbit baru dengan nama lain seperti Kaifa untuk buku-buku berjenis petunjuk (how to) dan Qanita untuk buku-buku bertema perempuan. Bahkan, mulai tahun 2003, Mizan Pustaka dibagi lagi dalam dua divisi, yakni Mizan Pustaka untuk buku-buku Islam dewasa dan DAR! Mizan khusus buku-buku bernuansa Islam untuk konsumsi anak-anak dan remaja. "Pembagian ini lebih untuk menjawab persoalan dan tanggapan dari konsumen, selain itu biar tiap unit bisa lebih fokus pada masing-masing bidangnya," kata Fan Fan Darmawan dari Mizan.

Strategi yang didasarkan pada segmen-segmen pembaca semacam ini ternyata cukup efektif. Buku-buku novel remaja bernuansa Islam hasil kembangan penerbit ini, misalnya, ternyata juga mendapat sambutan yang cukup baik dari pembaca. Novel- novel remaja yang di antaranya dikarang Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, dan Gola Gong, menurut pengakuan penerbit ini, ada yang sudah terjual sampai 50.000-an eksemplar. Jumlah sebanyak ini tergolong istimewa, masuk buku best seller untuk kategori buku lokal.

DALAM khazanah penerbit buku Islam, GIP dan kelompok Penerbit Mizan tidak berjalan sendirian. Perkembangan pasar buku Islam juga diramaikan penerbit-penerbit lain yang tergolong spektakuler penampilannya. Di antaranya, MQ Publishing. Penerbitan buku yang merupakan salah satu unit usaha di bawah kelompok usaha MQ Corporation pemimpin pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhid Bandung, KH Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym, ini juga mencatatkan rekor penjualan. MQ Publishing sebenarnya tidak lain adalah pengembangan dari divisi MQS Pustaka Grafika dan MQ Publication yang sebelumnya telah menerbitkan buku-buku dengan materi dari ceramah-ceramah maupun wawancara dengan Aa Gym.

Seperti halnya buku-buku Aa Gym sebelumnya yang sudah diterbitkan Mizan dan GIP yang terjual ratusan ribu eksemplar, buku pertama terbitan MQ Publishing yang untuk pertama kalinya ditulis Aa Gym sendiri ini laris manis diserap pasar. Dalam waktu kurang dari sebulan, buku Aa Gym Apa Adanya: Sebuah Qolbugrafi yang diterbitkan pada pertengahan tahun 2003 sudah laku sebanyak 40 ribu buku lebih. "Tema-temanya memang masih sekitar Aa Gym. Kami ambil tema-tema itu karena di pasar masih laku. Ya sudah, kami penuhi dulu. Makanya, penerbit-penerbit lain banyak yang mengambil tulisan Aa Gym," jelas Yopi Hendra, editor MQ Publishing. Kendati saat ini masih lebih konsentrasi menerbitkan buku-buku tentang Manajemen Qolbu (MQ) dan Aa Gym, MQ Publishing sudah mulai merintis menerbitkan buku-buku yang tidak bertema MQ. "Di satu sisi kita memang masih mengistimewakan Aa Gym, sejauh tingkat tertentu, tetapi setelah itu kita tidak akan seterusnya bergantung pada Aa Gym," kata Yopi menambahkan.

Besarnya peluang pasar bagi buku-buku Islam ini sudah pasti menarik berbagai penerbit untuk ikut terjun menerbitkan buku- buku bertema Islam. Bahkan, beberapa penerbit yang sebelumnya dikenal sebagai penerbit umum saat ini mulai menerbitkan buku- buku bertema Islam. Salah satunya, Penerbit Erlangga. Sejak tahun 2002 Penerbit Erlangga yang lebih dikenal sebagai penerbit buku-buku teks pelajaran ini memiliki divisi penerbitan buku Islam. Motifnya sudah tentu pasar yang tengah menggeliat. "Kami melihat market share yang sangat besar, 90 persen penduduk Indonesia ini kan Muslim, karena pasar begitu besar, kami coba masuk sedikit. Sifatnya partisipasi saja," kata Singgih, salah satu editor Penerbit Erlangga. Sekalipun sifatnya hanya berpartisipasi, tidak kurang sudah 17 judul buku bernuansa Islam yang mereka terbitkan, baik buku berjenis pemikiran Islam maupun cerita- cerita ringan. Bahkan, salah satu buku terbitan Erlangga berjudul Kisah Hikmah ini selama tahun 2002 mampu dicetak ulang hingga lima kali. Betapa semarak memang pasar buku-buku Islam saat ini. Tidak heran, ibarat pepatah Ada Gula Ada Semut, buku-buku Islam saat ini layaknya gula yang banyak diminati berbagai pihak lantaran cukup menggairahkan secara bisnis.(wen/bip/eki/nca/umi)
http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0311/15/pustaka/688306.htm

2 komentar:

infogue mengatakan...

Artikel di blog Anda bagus-bagus. Agar lebih bermanfaat lagi, Anda bisa lebih mempromosikan dan mempopulerkan artikel Anda di infoGue.com ke semua pembaca di seluruh Indonesia. Telah tersedia plugin / widget kirim artikel & vote yang ter-integrasi dengan instalasi mudah & singkat. Salam Blogger!
http://buku.infogue.com/pasar_buku_islam_tengah_menggeliat

Unknown mengatakan...

subhannalloh, semoga ini menjadi awal bagi bangkitnya minat baca penduduk indonesia. dan semoga pasar buku islam trus dan trus bertambah, semoga Alloh swt mempermudah niat baik kita...
amin


buku islami