Jumat, 16 Mei 2008

Sejarah Penerbitan Islam

Yang dimaksud dengan penerbitan Islam adalah pencetakan dan peredaran buku-buku oleh kaum muslim yang bertemakan Islam. Pencetakan dan peredaran buku-buku ini sendiri merupakan salah satu jenis usaha yang terlambat perkembangannya di dunia Islam. Salah satu alasannya adalah keberatan para penguasa dan ulama terhadap hal ini. Ibrahim Muteferrika, seorang pelopor usaha percetakan dan penerbitan buku di Timur Tengah, menghabiskan waktu lebih dari satu dekade untuk meyakinkan penguasa Dinasti Usmani dan para ulama bahwa usaha ini bukanlah sesuatu yang membahayakan bagi kebudayaan dan peradaban Islam. Ibrahim menegaskan bahwa Dinasti Usmani dan kaum muslim pada umumnya akan memperoleh banyak manfaat dengan adanya usaha percetakan dan penerbitan buku-buku mengenai keislaman ini.
Dalam pembelaannya terhadap usaha pencetakan dan peredaran buku-buku Islam, Ibrahim Muteferrika menyatakan bahwa kaum muslim lebih unggul dibanding kaum Nasrani dan Yahudi dalam memelihara kitab suci, tetapi tidak dalam hal pemeliharaan buku-buku. Banyak buku karangan ilmuan muslim yang musnah akibat invasi bangsa Mongol dan terusirnya kaum muslim dari Spanyol. Ia juga menekankan manfaatnya bagi kaum muslim: harga buku lebih murah dan buku lebih cepat tersebar, sehingga lebih banyak dibaca dan dipelajari oleh kaum muslim.
Secara umum, pencetakan dan penerbitan buku-buku Islam di wilayah Islam yang penting, seperti Turki dan Iran, dengan bahasa kaum muslim yang utama (Arab, Persia dan Turki), baru mulai berkembang pada pertengahan kedua abad ke-19. Ketika pada mulanya diizinkan, pencetakan dan penerbitan buku di dunia Islam sepenuhnya dikontrol oleh penguasa Islam dan ulama. Sultan Usmani menentukan buku-buku apa saja yang boleh dicetak dan diedarkan. Namun, buku-buku seperti tafsir Al-Qur’an dan kitab hadis masih belum boleh dicetak dan diedarkan.
NB: Dulu buku diperbanyak dengan cara disalin. Warraq, juru salin buku asli. Karena dulu belum ada mesin cetak, maka buku hanya diperbanyak lewat penyalinan berulang-ulang. Hal ini menyebabkan harga buku mahal dan hanya orang atau lembaga tertentu yang mampu mengkoleksi buku dalam sebuah perpustakaan.
Sejarah penerbitan Islam
http.pustakakita.wordpress.com
Yang dimaksud dengan penerbitan Islam adalah pencetakan dan peredaran buku-buku oleh kaum muslim yang bertemakan Islam. Pencetakan dan peredaran buku-buku ini sendiri merupakan salah satu jenis usaha yang terlambat perkembangannya di dunia Islam. Salah satu alasannya adalah keberatan para penguasa dan ulama terhadap hal ini. Ibrahim Muteferrika, seorang pelopor usaha percetakan dan penerbitan buku di Timur Tengah, menghabiskan waktu lebih dari satu dekade untuk meyakinkan penguasa Dinasti Usmani dan para ulama bahwa usaha ini bukanlah sesuatu yang membahayakan bagi kebudayaan dan peradaban Islam. Ibrahim menegaskan bahwa Dinasti Usmani dan kaum muslim pada umumnya akan memperoleh banyak manfaat dengan adanya usaha percetakan dan penerbitan buku-buku mengenai keislaman ini.
Dalam pembelaannya terhadap usaha pencetakan dan peredaran buku-buku Islam, Ibrahim Muteferrika menyatakan bahwa kaum muslim lebih unggul dibanding kaum Nasrani dan Yahudi dalam memelihara kitab suci, tetapi tidak dalam hal pemeliharaan buku-buku. Banyak buku karangan ilmuan muslim yang musnah akibat invasi bangsa Mongol dan terusirnya kaum muslim dari Spanyol. Ia juga menekankan manfaatnya bagi kaum muslim: harga buku lebih murah dan buku lebih cepat tersebar, sehingga lebih banyak dibaca dan dipelajari oleh kaum muslim.
Secara umum, pencetakan dan penerbitan buku-buku Islam di wilayah Islam yang penting, seperti Turki dan Iran, dengan bahasa kaum muslim yang utama (Arab, Persia dan Turki), baru mulai berkembang pada pertengahan kedua abad ke-19. Ketika pada mulanya diizinkan, pencetakan dan penerbitan buku di dunia Islam sepenuhnya dikontrol oleh penguasa Islam dan ulama. Sultan Usmani menentukan buku-buku apa saja yang boleh dicetak dan diedarkan. Namun, buku-buku seperti tafsir Al-Qur’an dan kitab hadis masih belum boleh dicetak dan diedarkan.
NB: Dulu buku diperbanyak dengan cara disalin. Warraq, juru salin buku asli. Karena dulu belum ada mesin cetak, maka buku hanya diperbanyak lewat penyalinan berulang-ulang. Hal ini menyebabkan harga buku mahal dan hanya orang atau lembaga tertentu yang mampu mengkoleksi buku dalam sebuah perpustakaan.

dari : http.pustakakita.wordpress.com

Tidak ada komentar: